Penulis
Intisari-Online.com -Amerika Serikat dan sekutu baratnya mengungkap kekhawatiran yang besar terkait ancaman invasi Rusia ke Ukraina.
Hal itu lantaran Rusia mengerahkan puluhan ribu tentaranya di perbatasan Ukraina.
Pemusatan pasukan tersebut membuat barat merasa khawatir terhadap serangan bersenjata yang baru, 8 tahun setelah aneksasi Krimea oleh Rusia.
Tak heran memang bila barat dan seluruh bumi pada umumnya cemas jika perang Rusia dan Ukraina terjadi.
Pasalnya, kejadian bertahun-tahun silam ini bisa menjadi gambaran bagaimana pihak-pihak yang tak terlibat dalam konflik keduanya pun bisa menjadi korban.
Adalah pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh dekat Donetsk, Ukraina saattengah terbang dari Amsterdam (Belanda) ke Kuala Lumpur (Malaysia) pada 17 Juli 2014 lalu.
Insiden itu menewaskan 283 penumpang dan 15 awak kabin di dalamnya.
Diyakini, Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh oleh rudal anti-pesawat BUK oleh kelompok separatis pro-Rusia dalam konflik di Ukraina.
Seorang jenderal Rusia diduga menjadi figur kunci dalam penyelidikan tertembaknya Malaysia Airlines MH17 2014 silam itu.
Berdasarkan situs investigasi Bellingcat, nama perwira tinggi itu adalah Kolonel Jenderal Andrey Ivanovich Burlaka dari dinas rahasia (FSB).
Penyelidik ingin jenderal Rusia itu dibuka identitasnya sebagai bagian dari penyelidikan mereka, melansir Sky News Selasa (28/4/2020).
Penyelidik mengklaim Burlaka adalah pejabat krusial untuk mengawasi pergerakan senjata dari Negeri "Beruang Merah" ke Ukraina.
Karena itu, dia dituding mempunyai kewenangan terkait transfer rudal Buk yang menghantam pesawat Malaysia Airlines MH17 ketika melewati perbatasan.
Jenderal Burlaka merupakan pejabat militer paling senior Rusia yang masuk ke dalam radar investigasi jatuhnya MH17 pada 17 Juli 2014.
Selain itu, dia merupakan wakil kepala FSB, organisasi telik sandi yang ditakuti dan hanya menjawab panggilan dari Presiden Vladimir Putin.
Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang dipimpin Belanda menyatakan, Malaysia Airlines ditembak oleh Buk dari brigade anti-pesawat.
Diduga saat insiden terjadi, sistem pertahanan tersebut didatangkan ke daerah separatis dari wilayah Rusia sebelum aktif dan menembak MH17.
Penyelidik yang berasal dari Bellingcat menggunakan foto dan video yang diambil oleh warga sipil untuk menentukan rute kedatangan senjata itu.
JIT disebut tidak bisa mencari tahu seorang pria dengan nama "Vladimir Ivanovich" ketika menyadap telepon ketika insiden terjadi.
Berbekal bantuan, percakapan telepon itu menekankan aktivitas milisi di Ukraina, dan "mengizinkan arus perpindahan senjata di perbatasan".
Disebutkan pria itu memainkan peranan penting dalam rantai komando penempatan Buk, termasuk juga kejahatan karena menembak jatuh MH17.
Situs Bellingcat kemudian menyebutkan bahwa pria yang berada dalam telepon tersebut merupakan Burlaka, seorang jenderal Rusia.
Mereka mendasarkan temuan itu pada data FSB, baik itu diretas, bocor, maupun resmi, untuk mengaitkan Burlaka dengan Vladimir Ivanovich.
Mereka kemudian mencoba mencari contoh seperti apa suara Burlaka dan menemukannya dalam wawancara televisi yang berlangsung 2013.
Dari sana, Bellingcat kemudian menemukan "kecocokan" dengan suara yang dicegat. Keterangan mereka diperkuat peneliti forensik di AS.
Meski demikian, Perdana Menteri Malaysia saat itu Mahathir Mohamad meragukan temuan tim penyidik internasional atas ditembaknya pesawat Malaysia Airlines MH17 tersebut.
Mahathir menjelaskan, dia tidak meragukan tekad dan determinasi Tim Investigasi Gabungan (JIT). Yang dia ragukan adalah sejumlah klaim.
"Sangat sulit bagi kami menerimanya. Identifikasi rudal, tentunya. Area di mana insiden itu terjadi juga bisa diverifikasi," tutur Mahathir.
"Tetapi mengidentifikasi siapa pihak yang menembakkannya. Jelas, menyelidiki fakta itu merupakan sesuatu yang sulit di situasi biasa," papar dia.
Mahathir yang saat itu tengah berada di Vladivostok untuk menghadiri Forum Ekonomi Timur (EEF) mengatakan, belum ada bukti kuat untuk menyalahkan Rusia dalam ditembaknya Malaysia Airlines MH17.
Dia mengakui dalam mengatakannya, dia tidak mempunyai kerabat yang menjadi korban tewas.
Dia hanya mengatakannya sebagai seorang pengamat dari jauh.
"Namun, temuan yang diumumkan JIT tidak terdengar benar bagi saya. Banyak orang di Malaysia juga mengakuinya," katanya.