Raja Sahure, Firaun Pembawa Perdamaian dan Kemakmuran Bagi Rakyat dan Negara Tetangganya, Namun di Baliknya Ada Fakta Lain yang Terungkap

Tatik Ariyani

Penulis

Fairaun Sahure

Intisari-Online.com -Sahure adalah firaun Mesir kuno yang hidup selama periode Kerajaan Lama.

Dia adalah penguasa Dinasti ke-5, dan pemerintahannya ditandai dengan perdamaian dan kemakmuran.

Antara lain, Sahure berdagang dengan negeri asing, mengembangkan angkatan laut, dan membuka tambang, melansir Ancient Origins.

Sahure juga terkenal dengan kompleks piramida yang ia bangun untuk dirinya sendiri.

Baca Juga: Hewan Buas Ini Ternyata Dulunya Sudah Jadi Peliharaan Firaun dan Bangsawan Mesir Kuno, Bahkan Punya Peran 'Ajaib' Ini di Alam Baka

Piramida Sahure terletak di Abusir, dekat Kairo di Mesir, dan penerus Sahure mengikuti jejaknya dengan membangun piramida mereka di daerah itu juga.

Piramida Sahure jauh lebih kecil dari tiga piramida utama sebelumnya di Giza, namun kompleks piramida ini terkenal karena kualitas batu yang digunakan dalam konstruksinya, dan dekorasi relief yang kaya dari kuil kamar mayatnya.

Sahure , yang namanya berarti "Dia yang dekat dengan Re", lahir sekitar pertengahan milenium ke-3 SM.

Ayahnya umumnya dianggap sebagai Userkaf, pendiri Dinasti ke-5.

Baca Juga: Tak Melulu Dipuja-puja, Ternyata Ada Alasan Biadab dan Kejam Mengapa Orang Mesir Kuno Terobsesi pada Kucing, Penelitian Ini Buktinya

Sahure menggantikan Userkaf sebagai firaun sekitar 2.487 SM.

Menurut Daftar Raja Turin, Sahure memerintah selama total 12 tahun.

Batu Palermo, di sisi lain, mencatat bahwa Sahure memerintah Mesir selama total 13 tahun.

Selama pemerintahan Sahure, kerajaannya menikmati kedamaian dan kemakmuran yang meluas sampai ke negara-negara tetangga.

Misalnya, perdagangan dilakukan antara Mesir dan tetangganya, yang menguntungkan kedua belah pihak.

Adegan kegiatan perdagangan dapat ditemukan pada relief yang menghiasi kuil kamar mayat firaun.

Dalam satu adegan, misalnya, kapal-kapal Mesir diperlihatkan pulang dari kota pesisir Byblos, di Lebanon saat ini.

Kapal-kapal yang sarat dengan pohon cedar Lebanon yang terkenal itu digambarkan membawa orang Mesir dan Asia.

Baca Juga: Halalkan Segala Cara untuk Buat Ukraina Takluk Kepada Mereka, Beginilah Ketika Rusia Luncurkan Kudeta dan Hampir Kirimkan Pasukan Militer Demi Obsesi Mereka

Kolaborasi bukti dapat dilihat pada artefak dari Lebanon. Ini termasuk bejana batu yang dicap dengan cartouche Sahure, serta sepotong emas tipis yang dicap ke kursi yang juga memuat cartouche firaun.

Sahure juga tercatat pernah mengirimkan misi dagang ke tanah Punt.

Ini adalah ekspedisi Mesir pertama yang terdokumentasi ke Punt.

Dari negeri dongeng ini, orang Mesir memperoleh berbagai komoditas yang sebelumnya tidak ada di tanah mereka sendiri.

Yang paling berharga adalah mur, 80.000 takaran di antaranya dibawa kembali oleh ekspedisi.

Selain itu, ekspedisi membawa kembali 23.030 tongkat kayu, dan 6.000 takaran elektrum, paduan alami emas dan perak.

Selain pentingnya ekspedisi Sahure ke Punt dalam hal perdagangan, episode ini juga dianggap sebagai pembentukan angkatan laut Mesir kuno, yang dipuji oleh firaun.

Ekspedisi Sahure ke Punt juga memiliki efek jangka panjang lainnya, karena menjadi preseden bagi firaun berikutnya.

Baca Juga: Hewan Buas Ini Ternyata Dulunya Sudah Jadi Peliharaan Firaun dan Bangsawan Mesir Kuno, Bahkan Punya Peran 'Ajaib' Ini di Alam Baka

Selama Kerajaan Tengah, misalnya, ekspedisi dilakukan oleh berbagai firaun ke tanah Punt.

Ekspedisi paling terkenal ke Punt adalah ekspedisi yang dilakukan oleh Firaun Kerajaan Baru Hatshepsut.

Meskipun ekspedisi Sahure ke Punt bertujuan untuk perdagangan, dan karena itu merupakan ekspedisi damai, tampaknya sang firaun mungkin juga melakukan kampanye militer di luar negeri.

Ada adegan bantuan yang menggambarkan serangan oleh orang Mesir di negara tetangga Libya.

Dari serangan ini, orang-orang Mesir yang menang membawa kembali ternak musuh mereka, serta para tahanan.

Dalam satu adegan, firaun digambarkan hendak memukul tawanan Libya, yang berjongkok di hadapannya ketakutan.

Di satu sisi, penggambaran kampanye militer terhadap Libya dianggap sebagai peristiwa sejarah.

Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Sahure tidak begitu damai.

Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa relief tersebut mungkin tidak menggambarkan peristiwa nyata, dan hanya menunjukkan semacam "ritual".

Artikel Terkait