Penulis
Intisari-Online.com -Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan pada saat diperintah oleh Hayam Wuruk (1350-1389 M).
Kejayaan Majapahit tersebut tidak luput dari peran Gajah Mada, mahapatih yang berhasil menumpas semua pemberontakan dan bersumpah akan menyatukan wilayah nusantara.
Selama 39 tahun berkuasa, Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil membuat seluruh kepulauan Indonesia bahkan Jazirah Malaka mengibarkan panji-panji Majapahit.
Sumpah Palapa yang dilontarkan Gajah Mada pun terlaksana, dengan daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, ditambah Tumasik (Singapura) dan sebagian Kepulauan Filipina.
Selain itu, Majapahit juga menjalin relasi dengan Campa (Thailand), Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, Vietnam, dan China.
Majapahit juga mempunyai armada angkatan laut yang tangguh di bawah pimpinan Mpu Nala. Dengan kekuatan militer dan strateginya, Majapahit mampu menciptakan stabilitas di wilayahnya.
Sementara dalam bidang ekonomi, Majapahit menjadi pusat perniagaan di Asia Tenggara dengan komoditas ekspor terdiri dari lada, garam, dan kain.
Namun, setelah Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389,kekuasaan Majapahit mengalami kemunduran.
Salah satu penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit adalah konflik internal.
Perang Paregreg diyakini sebagai salah satu penyebab kuat kemunduran Kerajaan Majapahit.
Perang Paregreg adalah perang saudara yang terjadi antara 1404-1406 di Kerajaan Majapahit.
Pertempuran ini melibatkan istana barat yang dipimpin oleh Wikramawardhana melawan istana timur di bawah pimpinan Bhre Wirabhumi.
Konflik ini mendatangkan malapetaka di Kerajaan Majapahit hingga mengakibatkan terkurasnya keuangan istana dan timbulnya korban jiwa.
Pemberontakan terus-menerus terjadi, penguasa silih berganti.
Kemudian muncullah Girindrawardhana yang mengambil alih pemerintahan Majapahit.
Girindrawardhana inilah yang berusaha mempersatukan kembali wilayah kerajaan Majapahit yang terpecah-pecah akibat pertentangan keluarga.
Meskipun ia telah menyatukan kembali wilayah Majapahit yang terpecah-pecah, tetapi kekuasaan kerajaan Majapahit tidak dapat dipertahankan.
Demikian dikutip dari buku "Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota", editor Prof Dr Inajati Adrisijanti yang diterbitkan Kepel Press, 2014.
Akibatnya pengawasan terhadap daerah-daerah bawahannya semakin lemah, dan memberi peluang bagi daerah-daerah bawahan tersebut untuk menyusun kekuatan dan melepaskan diri dari Majapahit.
Pada waktu itu di kawasan Asia Tenggara timbul perkembangan baru di bidang politik dan ekonomi, khususnya di daerah-daerah pesisir utara Jawa
Selain itu perkembangan agama Islam sangat pesat pada abad 15 Masehi.
Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (2005) karya Slamet Muljana, menguatnya kekuatan Islam pada awal abad ke-15 Masehi mampu meruntuhkan eksistensi Majapahit.
Islam mampu mengubah pola pandangan masyarakat Jawa ke arah modern yang identik dengan pembaharuan.
Pada tahun 1475, Raden Patah mendirikan kesultanan Demak yang berpusat di Demak, Jawa Tengah.
Dengan dukungan dari ulama Jawa, Kesultanan Demak menyerang sisa-sisa kekuatan Majapahit di Jawa Timur.
Munculnya Pusat Perdagangan di Malaka Kemunculan pusat perdagangan di selat Malaka menyebabkan ruang gerak perdagangan maritim Majapahit semakin sempit.
Hal tersebut berpengaruh terhadap turunnya pendapatan Majapahit dari sektor perdagangan.