Find Us On Social Media :

Bak Pembangkit Tenaga Listrik, Kelas Sosial Bawah Produksi Barang-barang untuk Diperdagangkan, Beginilah Kehidupan Para Buruh dan Petani pada Masa Mesir Kuno

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 20 November 2021 | 13:00 WIB

Gambaran kehidupan para buruh dan petani pada masa Mesir Kuno.

Intisari-Online.com – Ketika kita membicarakan orang Mesir Kuno, mungkin yang muncul di benak Anda adalah gerombolan pekerja yang berkerja untuk membangun piramida besar-besaran.

Lalu, pengawas mereka adalah orang yang memegang cambuk secara brutal mendesak para pekerja untuk tetap bekerja.

Atau, Anda membayangkan pendeta Mesir yang melantunkan doa saat mereka bersekongkol untuk membangkitkan mumi.

Ah, pasti Anda membayangkan ini setelah menonton film tentang mumi!

Baca Juga: Mulai dari Nabi Musa, Cleopatra, Hingga Tutankhamun, inilah 10 Orang Mesir Kuno Paling Terkenal yang Sangat Dihormati dan Membuat Negara ini Ada di Peta

Kenyataannya, bagi orang Mesir Kuno sangat berbeda.

Kebanyakan orang Mesir percaya bahwa kehidupan di Mesir Kuno begitu sempurna secara ilahi, sehingga pandangan mereka tentang kehidupan setelah kematian adalah kelanjutan abadi dari kehidupan duniawi mereka.

Para pengrajin dan buruh  yang membangun monumen-monumen besar Mesir, kuil-kuil megah, dan piramida, dibayar dengan baik untuk keterampilan dan kerja mereka.

Para pengrajin sendiri, diakui atas kerajinan yang mereka hasilkan.

Baca Juga: Kombinasi Perubahan Iklim dan Perang Saudara Inilah yang Sebabkan Kemunduran dan Kejatuhan Mesir Kuno, Peradaban Kuno yang Kuat dan Dinamis, Termasuk Masuknya Agama Baru

Secara tradisional, ekonomi di Mesir Kuno berdasarkan pada sistem barter hingga terjadi invasi Persia tahun 525 SM.

Orang Mesir Kuno yang memiliki basis terutama pada pertanian dan penggembalaan, menggunakan unit moneter yang dikenal sebagai deben.

Deben adalah setara dengan dolar Mesir Kuno.

Pembeli dan penjual mendasarkan negosiasi mereka pada deben, meskipun tidak ada koin deben yang dicetak.

Sebuah deben setara dengan sekitar 90 gram tembaga.

Lalu, barang-barang mewah dihargai dalam deben perak atau emas.

Maka, kelas sosial bawah Mesir bak ‘pembangkit tenaga listrik’ yang memproduksi barang-barang yang digunakan dalam perdagangan.

Keringat mereka memberikan momentum di mana seluruh budaya Mesir berkembang.

Para petani ini juga terdiri dari angkatan kerja tahunan, yang membangun kompleks kuil Mesir, monumen, dan Piramida Agung di Giza.

Baca Juga: Misteri Rambut Berusia 3.300 Tahun dari Mesir Kuno Ini Ungkap Kehidupan Tak Biasa Masyarakat Mesir Kuno yang Melampaui Zamannya

Setiap tahun Sungai Nil membanjiri tepiannya, sehingga pertanian menjadi tidak mungkin.

Maka, ini membebaskan para pekerja lapangan untuk bekerja pada proyek konstruksi raja.

Mereka dibayar untuk kerja mereka atas pekerjaan dalam membangun piramida, kompleks kamar mayat para raja, kuil-kuil besar, dan obelisk monumental yang memberikan kesempatan untuk mobilitas ke kelas atas yang tersedia untuk kelas petani Mesir.

Tukang kayu, pengukir, dan seniman yang terampil sangat diminati di seluruh Mesir.

Keterampilan mereka dibayar lebih baik, daripada mereka yang hanya menyediakan otot untuk memindahkan batu-batu besar untuk bangunan, dari tambang ke lokasi konstruksi.

Petani juga dimungkinkan untuk meningkatkan status mereka dengan menguasai kerajinan, sepeti membuat keramik, mangkuk, piring, vas, toples kanopi, dan benda pemakaman yang dibutuhkan orang.

Tukang kayu yang terampil juga bisa membuat tempat tidur kerajinan yang baik, peti penyimpanan, meja, kursi, sedangkan pelukis dibutuhkan untuk mendekorasi istana, makam, monumen, dan rumah kelas atas.

Kelas bawah Mesir juga bisa menemukan peluang dengan mengembangkan keterampilan dalam membuat permata dan logam mulia dan dalam memahat.

Perhiasan Mesir Kuno dihias dengan indah, dengan kesukaan mereka memasang permata sebagai hiasan, yang bisa dibuat oleh kelompok kelas petani.

Baca Juga: Inilah Ibu dari Para Dewa dan Benda-benda Langit dalam Mitologi Mesir Kuno, Dewi Nut, dengan Tangan Terangkat Bantu Terlahir Kembali di Akhirat dan Perlindungan Bagi Jiwa-jiwa yang Lelah

Mereka yang merupakan mayoritas penduduk Mesir, juga mengisi jajaran tentara Mesir.

Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, bercita-cita untuk memenuhi syarat sebagai juru tulis.

Pekerjaan dan posisi sosial di Mesir biasanya diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.

Gagasan mobilitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang layak untuk dituju dan mengilhami kehidupan sehari-hari orang Mesir Kuno.

Dibagian paling bawah dari kelas sosial terendah Mesir adalah petani.

Mereka jarang memiliki tanah tempat mereka bekerja atau rumah untuk mereka tinggal.

Sebagian besar tanah yang mereka garap adalah milik raja, bangsawan, anggota istana, atau pendeta kuil.

Satu ungkapan umum yang digunakan oleh para petani untuk memulai hari kerja mereka adalah, “Mari kita bekerja untuk yang mulia!”

Kelas petani hampir seluruhnya terdiri dari petani garapan.

Baca Juga: Memerintah Mesir dengan Kekuatan Besar, Ramses III Terjerat Konspirasi Pembunuhan oleh Salah Satu Istrinya yang Ingin Keturunannya Naik Takhta

Banyak yang bekerja dengan pekerjaan lain, seperti memancing atau tukang perahu.

Para petani Mesir menanam dan memanen hasil panen mereka, menyimpan sedikit untuk diri mereka sendiri, kemudian memberikan sebagian besar hasil panen mereka kepada pemilik tanah yang mereka garap.

Sebagian besar petani membudidayakan kebun pribadi, yang cenderung menjadi domain perempuan, sementara laki-laki bekerja setiap hari di ladang.

Baca Juga: Banyak Patung Mesir Kuno Hilang Hidungnya, Kurator Ini Ungkap Penyebab yang Tak Terduga Ini, 'Pada Dasarnya Anda Harus Membunuhnya'

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari