Find Us On Social Media :

Akhir Hidup Prabu Siliwangi Kala Memilih Tolak Permintaan Putranya Kian Santang Masuk Islam, Justru Melarikan Diri dan Mengakhiri Hidupnya dengan Cara Ini

By Mentari DP, Selasa, 16 November 2021 | 17:45 WIB

Prabu Siliwangi.

Intisari-Online.com - Tahukah Anda siapa itu Prabu Siliwangi?

Prabu Siliwangi merupakan Raja Pajajaran.

Seperti kerajaan-kerajaan lain yang pada saat itu muncul, Kerajaan Pajajaran juga menganut agama Hindu Saiwa.

Baca Juga: Mulanya Iseng Rebus Pare Pare Selama 10 Menit Lalu Minum Airnya, Tahunya Sekujur Tubuh Malah Rasakan Hal Tak Terduga Ini, Dokter Bisa Kaget Kalau Tahu

Akan tetapi anak Prabu Siliwangi, Kian Santang, memutuskan memeluk Islam. Bersebrangan dengan sang ayah.

Dia juga memilih pergi berkeliling Jawa guna menimba ilmu dan memperdalam pengetahuan agama.

Di tengah jalan masa pengembaraannya, dia berganti nama menjadi Sunan Rahmat.

Ketika dia mulai mengemban tugas mengislamkan wilayah barat Pulau Jawa, Kian mengajak ayahnya untuk beralih keyakinan.

Sayangnya ajakan itu ditolak oleh Prabu Siliwangi dan para pengikutnya.

Baca Juga: Temukan 60 Mumi Mesir Kuno yang Dikubur Bersama, Peneliti Kaget Bukan Main Ketika Lihat Kondisi Mengerikan Mayat-mayat Itu, Diduga Firaun Ini yang Bertanggung Jawab

Akibatnya pertempuran pun tidak terelakkan.

Selanjutnya, bersama para pengikutnya, Prabu Siliwangi melarikan diri ke hutan Sancang, di selatan Garut.

Walau begitu, sang putra terus memburunya.

Demi menghindari pertempuran lebih lanjut dengan anaknya, Prabu Siliwangi melakukan moksa dan berubah menjadi Macan Putih.

Sementara para pengikutnya berubah wujud menjadi Macan Sancang.

Akan tetapi kisah itu kental dengan balutan mitos.

Hal itu disampaikan oleh Robert Wessing, antropolog University of Illinois, Amerika Serikat (AS).

Tapi Wessing memahami bahwa kisah moksa Prabu Siliwangi itu berkaitan erat dengan perubahan politik di Jawa Barat.

Di mana sedang ada perubahan dari kerajaan Hindu ke kerajaan Islam pada tahun 1579.

Kisah Prabu Siliwangi juga samar-samar terekam dalam catatan para peneliti.

Para peneliti mengaku kehilangan narasi awal kajian Sunda.

Namun narasi agak lengkap mengenai laku hidup Prabu Siliwiangi bisa Anda temukan dalam beberapa manuskrip pada abad ke-19: Tjerita Prabu Anggalarang, Babad Pajajaran, Babad Siliwangi, dan Wawatjan Tjarios Prabu Siliwangi.

Walau begitu, teks manuskrip itu dianggap kurang sebagai sumber sejarah.

Baca Juga: Alexander Agung: Raja Makedonia yang Menasbihkan Dirinya Sebagai Firaun Mesir, Sampai Jadi Inspirasi Bagi Napoleon hingga Hitler, Sayang Akhir Hidupnya Tragis