Penulis
Intisari-Online.com - Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, tetapi ia pernah berhasil memukul mundur pasukan sekutu dari pulau Timor.
Itu terjadi dalam pertempuran yang dikenal sebagai 'Battle of Timor'.
Ketika itu, pulau Timor terbagi menjadi dua kekuasaan, bagian barat pulau dikuasai oleh Belanda, sementara bagian timur oleh Portugis.
Portugal sendiri selama Perang Dunia II menyatakan kebijakan netralitas, yang membuat Pasukan Sekutu memprediksikan bahwa Jepang akan menghormati kenetralan Portugis.
Pada awal Februari 1941, Australia telah sepakat dengan pejabat Belanda dan Inggris bahwa pasukan Sekutu, di bawah komando Australia, akan memperkuat Timor jika Jepang memasuki perang.
Pasukan itu, yang dijuluki "Sparrow Force", mendarat di pulau itu lima hari setelah serangan Jepang di Pearl Harbor.
Penempatan pasukan sekutu menjadi bagian dari strategi untuk mempertahankan lapangan udara depan.
Melansir Australia War Memorial, meski setuju untuk menempatkan Timor dengan pasukan, komandan Sekutu rupanya tidak membayangkan akan terjadi serangan Jepang skala besar di pulau itu.
Mereka juga tidak mendapat persetujuan dari Portugis untuk menduduki bagian timur pulau itu.
Kupang, pusat kekuasaan Belanda, menjadi fokus serangan Jepang.
Menghadapi mereka adalah pasukan dari Batalyon 2/40 Australia, satu skuadron pesawat pengebom Hudson Angkatan Udara Australia (RAAF), baterai artileri pantai Australia, dan 1.000 tentara Belanda.
Dikepung dan kekurangan amunisi, mereka bertahan selama empat hari tetapi dipaksa menyerah pada 23 Februari.
Pasukan Jepang juga telah dikirim ke Dili, ibu kota Portugis, di mana mereka hanya menghadapi perlawanan terbatas.
Selanjutnya 250 orang dari Kompi Independen 2/2 Australia telah dikirim ke bagian Portugis dari pulau itu sebelum serangan Jepang.
Tetapi sejak Juli 1942, Jepang melancarkan serangkaian operasi untuk menghancurkan Australia dan sekutu Timor mereka.
Sekitar waktu tersebut, Kompi Independen 2/2 menerima bala bantuan dari Australia dalam bentuk Kompi Independen 2/4; sehingga Pasukan Australia di pulau itu berjumlah sekitar 700 orang. Tetapi, Jepang juga telah meningkatkan ukuran pasukan mereka.
Dengan banyaknya pasukan Jepang dikirim untuk mematahkan perlawanan sekutu, akhirnya membuat pihak sekutu merasa perlu untuk mengevakuasi semua gerilyawan serta pendukung pribumi pasukan sekutu dan penjajah Portugis yang telah berperang di pihak sekutu.
Pihak Australia meminta kapal cepat dan bersenjata lengkap dari Angkatan Laut Belanda untuk mengevakuasi pasukan dari Timor.
Kapal perusak Belanda, Tjerk Hiddes, melakukan misi penyelamatan berbahaya itu.
Hr. Ms. Tjerk Hiddes membutuhkan tiga perjalanan berbahaya untuk mengevakuasi semua gerilyawan dan kolaborator mereka.
Pada tanggal 9 Desember, dini hari pada jam 5 pagi, Hr. Ms. Tjerk Hiddes meninggalkan Port Darwin dan menuju ke Timor melalui selat Dundas untuk keberangkatan pertamanya.
Pada 14 Desember, Tjerk Hiddes pergi lagi menjelang tengah malam untuk menjemput pengungsi, hanya beberapa hari setelah kembali dari perjalanan pertama.
Malam berikutnya Hr. Ms. Tjerk Hiddes pergi untuk ketiga kalinya dan terakhir kalinya ke Timor.
Dalam perjalanan ketika itu, penjajah Portugis dan penduduk sipil Timor harus dikumpulkan di Aliambeta, di pantai selatan Timor.
Dikatakan, operasi penyelamatan di Timor oleh Tjerk Hiddes benar-benar sukses dan caranya dilaksanakan merupakan contoh kinerja militer yang efektif.
Selama tiga perjalanan ke dan dari Timor tidak ada satu pun pesawat Jepang yang terlihat, itu karena hasil pengamatan intelijen terhadap jadwal penerbangan pengintaian Jepang.
Manuver yang sangat baik dan bongkar muat yang cepat dari perahu lipat dan peluncuran motor membuat keberhasilan operasi selesai.
Diserang habis-habisan oleh Jepang dan mengalami kekalahan dalam 'battle od Timor', tapi misi penyelamatan Pasukan Sekutu sangat dipuji.
(*)