Konon, Perang Bubat terjadi ketika putri raja Sunda, Dyah Pitaloka, akan menikah dengan Raja Hayam Wuruk.
Pernikahan itu sebenarnya murni hubungan asmara antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka.
Namun Gajah Mada mensyaratkan Kerajaan Sunda tunduk di bawah Majapahit.
Rombongan Kerajaan Sunda tentu menolak klaim ini.
Raja Sunda bahkan dikisahkan sampai memaki-maki Gajah Mada.
Akhirnya meletuslah Perang Bubat yang menewaskan banyak korban.
Kerajaan Sunda tetap tidak pernah tunduk oleh Majapahit.
Setelah gagal menikahi Dyah Pitaloka, Hayam Wuruk menikah dengan Sri Sudewi yang merupakan putri Wijayarajasa Bhre Wengker.
Dari pernikahan Hayam Wuruk ddan Sri Sudewi, lahirlah Kusumawardhani.
Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: Kusumawardhani (yang bersuami Wikramawardhana), serta Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya.
Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, Wikramawardhana.
Setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk tiada, Kerajaan Majapahit terus mengalami kemunduran.
(*)