Penulis
Intisari-online.com - Perlombaaan senjata hipersonik telah menjadi tren terbaru dalam beberapa waktu ini.
Seperti China yang ketahuan sukses kembangan rudal hipersonik yang bisa mengelilingi bumi.
Selain China Rusia juga menjadi negara yang berhasil mengembangkan senjata hipersonik.
Meski demikian, ternyata Amerika justru gagal dalam perlombaan senjata hipersonik, dan disebut tidak bisa bersaing dengan China dan Rusia dalam perlombaan senjata ini.
Namun, sebuah kabar terbaru mengatakan, Amerika justru mengembangkan senjata anti-rudal Supersonik, dengan teknologi laser.
Militer AS telah menandatangani kontrak dengan dua perusahaan Boeing dan General Atomics untuk mengembangkan senjata laser militer paling kuat di dunia.
Kantor Teknologi Kritis dan Kemampuan Serangan Cepat Angkatan Darat AS (RCCTO) menyelenggarakan program tersebut.
Tujuan yang dinyatakan adalah bahwa General Atomics dan Boeing akan mengembangkan senjata laser energi tinggi 300 kW.
Ini akan memungkinkan militer AS untuk mencegat rudal tanpa perlu meluncurkan proyektil.
Menurut Kantor Berita Sputnik, General Atomics Corporation akan bertanggung jawab untuk mengembangkan laser.
Sementara Boeing Corporation akan berusaha mengintegrasikan pengontrol sinar ke laser yang diperkuat 300 kW.
Scott Forney, Presiden General Atomics Corporation, mengatakan, "Prototipe sistem senjata laser dirancang untuk kompak, berdaya tinggi, sistem ini akan menghasilkan energi terbesar yang pernah ada.
"Dibandingkan dengan senjata laser yang dikenal di Amerika Serikat sebelumnya," imbuhnya.
Pada tahun 2014, Angkatan Laut AS mengerahkan sistem laser 30 kW dan pada tahun 2020 mereka mendemonstrasikan sistem 150 kW.
Sistem laser 300 kW akan menjadi langkah maju yang besar dalam teknologi.
Teknologi ini dipandang perlu untuk mengimbangi sistem rudal hipersonik saingan yang berkembang pesat, termasuk China.
Kepala Staf Gabungan AS, John Hyten, mengatakan, "Mereka telah melakukan ratusan uji coba rudal hipersonik."
Para ilmuwan mengatakan rudal ini "menentang hukum fisika" dan memiliki kemampuan, menghindari sistem pertahanan rudal AS.
Laser 300 kW memiliki efek pertahanan terhadap ancaman balistik ini."
Presiden General Atomics, Forney, mencatat, "Teknologi ini mewakili lompatan besar dalam kemampuan rudal dan pertahanan udara."
"Ada saat yang sama, pengembangan teknologi ini diperlukan untuk mendukung upaya. kekuatan modernisasi militer, mengalahkan ancaman generasi berikutnya di luar angkasa," tambahnya.
Beroperasi melalui baterai dan jaringan, sistem pertahanan laser ini sangat mobile, memberikan Amerika Serikat keuntungan pertahanan yang penting terhadap rudal hipersonik musuh.