Penulis
Intisari-Online.com – Bagi Amerika Serikat selama Perang Dingin, tidak ada proyek mahal yang harus dilakukan.
Namun, salah satu yang dilakukan adalah yang dikenal sebagai Project Azorian, yang menelan biaya setara dengan $4 miliar saat ini (sekitar Rp57 triliun),
Itu dilakukan untuk mendanai upaya pemulihan besar-besaran di dasar laut.
Proyek yang berlangsung pada tahun 1970-an ini merupakan usaha yang belum pernah terjadi sebelumnya pada saat itu.
Merupakan salah satu proyek Perang Dingin yang paling kompleks dan ekstensif.
Untuk apa mengeluarkan dana hingga sebesar itu, dan memulihkan apa?
Ya, tentu saja, untuk mengetahui lebih banyak tentang Soviet.
Pada tahun 1968, kapal selam Soviet K-129 menjadi subjek yang sangat menarik perhatian dari badan intelijen Amerika.
Ketika itu, K-129 memiliki desain yang agak ketinggalan zaman, karena diluncurkan pada akhir 1950-an dan sudah banyak kemajuan teknologi yang dibuat.
K-129 merupakan kapal selam kelas Golf II (nama pelaporan NATO) yang panjang 100 meter dan beratnya 3.000 ton.
Pada tahun 1964 kapal selam mengalami peningkatan modernisasi yang ekstensif, menerima sistem elektronik terbaru Uni Soviet.
Namun, yang membuat sangat istimewa adalah persenjataan rudal balistik nuklir terbaru yang diluncurkan kapal selam, R-21.
R-21 adalah rudal Soviet pertama yang dapat diluncurkan di bawah air, dan pada tahun 1960-an, merupakan teknologi yang sangat canggih.
Pada tahun 1968, K-129 melakukan patroli di Samudra Pasifik yang akan berlangsun gdari Februari hingga 5 Mei.
Tetapi pada bulan Maret, kapal selam ini gagal melakukan check-in radio terjadwal ke markas besarnya.
Setelah berulang kali mencoba menghubunginya, Angkatan Laut Soviet memerintahkan agar kapal itu memecah keheningan radio untuk memberi tahu mereka tentang statusnya.
Pada minggu ketiga bulan Maret, K-129 masih belum melakukan kontak.
Soviet pun menyatakan bahwa kapal selam itu hilang dan meluncurkan upaya pencarian dan penyelamatan besar-besaran yang dilakukan oleh 40 kapal dan 53 pesawat selama dua bulan.
Namun, tanpa tanda-tanda K-129, pencarian pun dibatalkan, melansir War History Online.
Sekitar tahun 1960-an, AS ingin mengetahui apa yang bisa menyebabkan kegemparan di Pasifik.
Mereka tahu bahwa Soviet melakukan upaya penyelamatan itu, maka mereka merasa telah kehilangan sesuatu yang penting.
AS merasa diberi kesempatan untuk mengintip di balik tirai Uni Soviet, jadi mereka mulai menyelidiki sendiri.
AS merujuk pada Sistem Pengawasan Suara (SOSUS) mereka yang didirikan sepanjang tahun 1950-an dan 60-an untuk mendengarkan aktivitas kapal selam Soviet.
Mereka dengan cepat menemukan bahwa SOSUS telah menangkap ledakan bawah air di dekat area pencarian Soviet.
Mereka melakukan triangulasi posisi suara ke area lima mil dan mengirim kapal selam USS Halibut untuk mengunjungi lokasi ini.
Sebelum Oktober 1968, AS menemukan puing-puingnya, terletak 4.900 meter di bawah permukaan.
Halibut menghabiskan tiga minggu mempelajari bangkai kapal dan mengambil 20.000 foto.
AS menemukan bahwa K-129 sebagian besar tetap utuh, dan rudal R-21 masih ada di dalamnya.
Menemukan puing-puing itu tidak cukup bagi AS, mereka pun ingin mengangkatnya.
Mereka belum pernah melakukan sebelumnya, apalagi dengan kedalaman dan bobot reruntuhan K-129.
Untuk merahasiakan proyek besar itu, AS pun menyerahkannya kepada CIA.
Untuk menaikkan kapal selam, CIA berdiskusi menggunakan roket atau balon tiup, tetapi keduanya dianggap tidak praktis.
Mereka akhirnya memutuskan menggunakan cakar besar untuk mengambil K-129.
Lockheed ditugaskan merancang cakar, yang akan diturunkan dari kapal khusus tugas di permukaan.
Global Marine, perusahaan pertambangan laut dalam terkemuka di dunia, akan membangun kapal tersebut.
Hasilnya, Global Marine memproduksi Glomar Explorer sepanjang 190 meter.
Pegangannya menampilkan kolam bulan besar untuk K-129 yang akan diangkat.
Namun, CIA menghadapi masalah lain, yaitu bagaimana mereka meyakinkan dunia bahwa operasi besar yang dilakukan di Pasifik bukanlah misi rahasia pemerintah?
Mereka memecahkan masalah ini dengan raja bisnis miliarder eksentrik Howard Hughes.
Hughes sangat kaya, tidak asing dengan proyek-proyek besar, pernah bekerja dengan pemerintah sebelumnya, dan tidak ada yang akan terkejut melihat dia mendanai misi berbasis di dasar laut. Dia adalah pria yang sempurna untuk pekerjaan itu.
Glomar Explorer tiba di atas K-129 pada tahun 1974, enam tahun setelah kapal selam itu hilang.
Selama persiapan tugas, kelompok itu disibukkan oleh kapal-kapal Soviet, tetapi untungnya, cerita sampul berhasil.
Cakar yang dibuat mampu meraih kapal selam, tetapi selama pengangkatannya ke permukaan, sebagian peralatan gagal, menyebabkan lebih dari setengah K-129 jatuh kembali ke dalam jurang.
Meskipun demikian, misi tersebut berhasil mengumpulkan sebagian besar kapal selam.
Isi pasti dari pemulihan tersebut masih dirahasiakan hingga hari ini, meskipun dikabarkan berisi dokumen penting dan senjata nuklir.
AS merencanakan misi lain untuk mengambil sisa kapal selam, tetapi ini akhirnya dibatalkan ketika seluruh operasi terungkap oleh seorang reporter.
AS memang menemukan enam mayat dan sisa-sisa lebih banyak lagi di reruntuhan.
Para pelaut ini diberikan penguburan laut yang layak, yang difilmkan oleh Amerika dan dikirim ke Rusia pada tahun 1992.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari