Penulis
Intisari-Online.com - China dikenal sebagai negara pemberi utang, hingga banyak juga negara yang diperingatkan agar tidak terkena 'jebakan utang China'.
Meski demikian, kini dilaporkan perekonomian China sendiri terancam kolaps terkait dengan krisis pasar properti yang dihadapinya.
Melansir express.co.uk (24/10/2021), dilaporkan China menghadapi 'gelembung utang berbahaya' di tengah krisis yang sedang berlangsung di raksasa properti China Evergrande, menurut saluran berita WION yang berbasis di India.
China dikatakan telah mengumpulkan utang senilai $4 triliun (sekitar Rp56.739 Triliun), dengan WION melaporkan bahwa jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi di tengah upaya pejabat Xi Jinping untuk menyembunyikan jumlah pinjaman.
Presenter WION Palki Sharma mengatakan, "Ada gelembung utang yang berbahaya di Tiongkok, ini adalah bom waktu yang coba disembunyikan oleh pejabat Tiongkok.
"Utang keseluruhan China sekarang berada di lebih dari 270 persen dari PDB-nya,
"Anda mendengarnya dengan benar, izinkan saya mengulangi angka 270 persen dari PDB China yang merupakan utang.
"Utang luar negeri China yang luar biasa mencapai $2,4 triliun pada tahun 2020," katanya.
“Itu angka-angka yang kita ketahui yang memperparah krisis adalah utang tersembunyi, angka-angka yang tidak kita ketahui seperti pinjaman pemerintah daerah tidak ada transparansi di sana," imbuh Palki Sharma.
Menurutnya, utang peminjam terbesarnya adalah negara, dengan pemerintah daerah bergantung pada utang tersebut.
"Ini sesuatu yang harus Anda ketahui, negara adalah peminjam terbesar di China.
"Pemerintah daerah bergantung pada peminjaman buku, artinya angka-angka tersebut tidak pada buku-buku yang mereka sembunyikan.
Dikatakan, bom utang senilai triliunan dollar itu tampak akan 'meledak'.
"Pada tahun 2018 Standard and Poor's mengeluarkan laporan yang memperkirakan bahwa utang pemerintah yang tersembunyi bisa mencapai lebih dari $4 triliun.
"Dan bom senilai $ 4 triliun ini sekarang tampaknya akan meledak.
"China mencoba membersihkan rumah secara diam-diam tetapi kelalaian telah membawa kebenaran," katanya.
Presenter tersebut menyimpulkan bahwa China sedang berjuang untuk mengembalikan 'jin utang' ke dalam botol.
Raksasa properti China Evergrande Group Dwindling telah melihat kewajiban $ 305 miliar menghapus 80% dari nilai perusahaan tahun ini.
Perusahaan properti masih memiliki utang lebih lanjut yang harus dilunasi.
Sementara itu, ekonom khawatir ledakan pembangun 'super' mungkin mustahil untuk dihentikan, membuat krisis di ekonomi terbesar kedua di dunia ini menjadi bencana keuangan besar-besaran.
Baca Juga: Cabai Rawit Ternyata Bisa Hentikan Serangan Jantung Cukup dalam Satu Menit, Bagaimana Caranya?
(*)