Intisari - Online.com -Para menteri pertahanan negara anggota NATO sudah setuju dengan strategi baru untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Hal ini menjadi penguat ikrar NATO untuk melawan Moskow walaupun ada pertumbuhan militer yang terfokus di China.
Strategi rahasia itu bertujuan menyiapkan NATO atas simulasi serangan apapun di wilayah Baltik dan Laut Hitam, yang bisa melibatkan senjata nuklir, peretasan jaringan komputer dan serangan dari luar angkasa.
"Kami mengenali ancaman yang lebih modern dan bagaimana menanganinya," ujar Menteri Pertahanan inggris Ben Wallace dikutip dari examiner.com.au.
Pejabat menekankan jika mereka tidak percaya serangan Rusia akan segera terjadi.
Moskow menyangkal niat agresif apapun dan mengatakan NATO-lah yang berisiko mengacaukan Eropa dengan persiapan semacam itu.
Namun para diplomat mengatakan "Konsep untuk Pencegahan dan Pertahanan di Area Euro-Atlantik" dan rencana perwujudan strategi itu, diperlukan karena senjata yang dikembangkan Rusia ini.
Rusia ternyata mengembangkan sistem persenjataan canggih dan mengirimkan pasukan dan peralatan lebih dekat ke perbatasan sekutu.
"Ini adalah cara pencegahan," ujar Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer terhadap rencana tersebut.
"Dan hal ini diadaptasi atas perilaku Rusia saat ini, dan kami sedang melihat kekerasan terutama di wilayah udara di atas negara-negara Baltik, serta juga meningkatan serangan di atas Laut Hitam," ujarnya kepada radio Jerman Deutschlandfunk.
Persetujuan akan memperbolehkan rencana lebih rinci pada akhir 2022, seperti disebutkan pejabat AS, memperbolehkan NATO memutuskan apa senjata tambahan yang mereka perlukan dan bagaimana cara menempatkan pasukannya.
Mei lalu, Rusia mengirimkan lebih dari 100 ribu pasukannya ke perbatasan dengan Ukraina, jumlah pasukan terbanyak sejak Moskow menganeksasi Krimea pada 2014 seperti dikatakan pihak Barat.
Kemudian pada September, Rusia menggunakan robot perang baru dalam latihan militer besar dengan mantan sekutu Soviet, Belarus, yang telah memperingatkan sekutu Baltik.
Dengan Rusia meningkatkan atau mengganti sistem militer luar angkasa Soviet untuk bisa menyerang satelit di orbit, mengembangkan teknologi berdasarkan kecerdasan buatan untuk mengganggu sistem komando sekutu, Moskow juga mengembangkan "senjata super".
Terkuak tahun 2018, mereka memasukkan rudal jelajah hipersonik berkemampuan nuklir yang bisa menghancurkan sistem peringatan awal.
Pensiunan militer AS Jenderal Ben Hodges, yang memimpin pasukan angkatan darat AS di Eropa dari 2014-2017, mengatakan ia berharap rencana ini akan mendorong koherensi lebih besar pada pertahanan kolektif NATO, artinya lebih banyak sumber daya untuk wilayah Laut Hitam.
"Bagi saya, ini adalah titik nyata yang lebih mungkin daripada Baltik," ujarnya kepada Reuters.
Hal ini karena menurutnya lebih sedikit sekutu besar seperti Inggris dan Perancis yang memiliki kehadiran kuat di Laut Hitam.
Serta, Turki lebih fokus pada konflik di Suriah.
Jamie Shea, mantan pejabat senior NATO di lembaga penelitian Friends of Europe di Brussels, mengatakan rencana itu bisa membantu menguatkan fokus kepada Rusia di waktu ketika sekutu-sekutu besar mencari cara mendorong kehadiran mereka di Indo-Pasifik dan melawan kekuatan militer China yang terus tumbuh.
"Asumsinya sampai sekarang adalah Rusia adalah gangguan tapi bukan ancaman yang siap menyerang. Namun Rusia sedang melakukan hal mengerikan. Mereka berlatih dengan robot, dan rudal jelajah hipersonik juga memang sangat merusak," tutup Shea.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini