"Ini adalah cara pencegahan," ujar Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer terhadap rencana tersebut.
"Dan hal ini diadaptasi atas perilaku Rusia saat ini, dan kami sedang melihat kekerasan terutama di wilayah udara di atas negara-negara Baltik, serta juga meningkatan serangan di atas Laut Hitam," ujarnya kepada radio Jerman Deutschlandfunk.
Persetujuan akan memperbolehkan rencana lebih rinci pada akhir 2022, seperti disebutkan pejabat AS, memperbolehkan NATO memutuskan apa senjata tambahan yang mereka perlukan dan bagaimana cara menempatkan pasukannya.
Mei lalu, Rusia mengirimkan lebih dari 100 ribu pasukannya ke perbatasan dengan Ukraina, jumlah pasukan terbanyak sejak Moskow menganeksasi Krimea pada 2014 seperti dikatakan pihak Barat.
Kemudian pada September, Rusia menggunakan robot perang baru dalam latihan militer besar dengan mantan sekutu Soviet, Belarus, yang telah memperingatkan sekutu Baltik.
Dengan Rusia meningkatkan atau mengganti sistem militer luar angkasa Soviet untuk bisa menyerang satelit di orbit, mengembangkan teknologi berdasarkan kecerdasan buatan untuk mengganggu sistem komando sekutu, Moskow juga mengembangkan "senjata super".
Terkuak tahun 2018, mereka memasukkan rudal jelajah hipersonik berkemampuan nuklir yang bisa menghancurkan sistem peringatan awal.
Pensiunan militer AS Jenderal Ben Hodges, yang memimpin pasukan angkatan darat AS di Eropa dari 2014-2017, mengatakan ia berharap rencana ini akan mendorong koherensi lebih besar pada pertahanan kolektif NATO, artinya lebih banyak sumber daya untuk wilayah Laut Hitam.