Tahun 1959, Indonesia mendapat pinjaman dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar Amerika Serikat untuk membangun Stadion Gelora Bung Karno dan 450 juta dollar AS untuk pembelian peralatan Perang Trikora tahun 1960.
Selain dari Uni Soviet, Indonesia juga mendapat pinjaman dari US Exim Bank.
Indonesia mendapat pinjaman sebesar 6,9 juta dollar AS untuk Semen Gresik, 5 juta dollar AS untuk pembelian pesawat Lockheed Electra, dan 47,5 juta dollar AS untuk Pusri dan PLTU di Surabaya tahun 1960.
Periode 1964-1965
Indonesia juga berutang kepada International Monetary Fund (IMF), tapi Agustus 1965, Indonesia memutuskan keluar dari IMF.
Hal ini menyebabkan utang kepada IMF yang awalnya berjumlah 61,9 juta dolar AS meningkat menjadi 63,5 juta dolar AS.
Jumlah itu termasuk bunga utang, yang dilunasi 10 kali angsuran per enam bulan.
Kini utang-utang luar negeri Indonesia dari era Soekarno masih belum terselesaikan.