Kisah Jadwiga, Sosok Wanita Pertama yang Dimahkotai Jadi Raja, Gelar Maskulin yang Biasanya Milik Pria Penguasa Negara, Dikanonisasi Sebagai Orang Suci oleh Gereja Katolik Roma

K. Tatik Wardayati

Penulis

Jadwiga, menjadi Raja di Polandia, dan dikanonisasi menjadi Santa oleh Gereja Katolik Roma.

Intisari-Online.com – Hingga saat ini kita tahu bahwa pria masih mendominasi yang dinobatkan menjadi raja, meski beberapa wanita pun bisa diangkat menjadi penguasa negara.

Untuk wanita yang menjadi raja, sebutan lebih populernya adalah Ratu.

Apakah setiap wanita yang berkuasa sebutannya adalah Ratu, dan Raja hanya untuk sebutan pria yang berkuasa?

Jadwiga, putri bungsu Louis I yang Agung, menjadi penguasa Polandia pada 16 Oktober 1384.

Baca Juga: Raja Arthur Benar-benar Ada Ataukah Hanya Legendaris? Arkeolog Temukan Situs Kastil Mewah yang Diduga Tempat Kelahiran Raja Inggris yang Melegenda Ini

Namun, berkat kekhasan dalam hukum Polandia, gadis muda yang dikenal juga sebagai Hedwig ini, dimahkotai sebagai Raja, bukan Ratu.

Dia menjadi salah satu dari sekitar lima wanita dalam sejarah yang mengambil gelar maskulin ini.

Sebagai putri bungsu raja, tidak pernah diduga bahwa Jadwiga akan menjadi penguasa Polandia.

Putri sulung Louis, yaitu Catherine, diharapkan bahwa suatu hari akan memerintah takhta Polandia dan Hongaria.

Baca Juga: Tutankhamun: Putra Firaun 'Sesat' dari Mesir Kuno yang Punya Bentuk Kaki Tak Biasa, Rupanya Karena Perbuatan 'Nista' yang Umum Dilakukan Bangsawan Mesir Ini

Tetapi Catherine ‘berpulang’ mendahului ayahnya.

Takhta kemudian seharusnya diberikan kepada putri tertua kedua, Mary.

Namun, Polandia telah memutuskan untuk tidak melanjutkan Persatuan Mahkota Pribadi dengan Hongaria dan menolak menerima tunangan Mary, Sigismund, calon Kaisar Romawi Suci dan Raja Hongaria.

Pilihan berikutnya, tentu saja, adalah Jadwiga, yang ketika itu usianya baru 10 tahun.

Dia melakukan perjalanan dari negara asalnya Hongaria ke Polandia, di mana dia dimahkotai di Katedral Wawel di Krakow.

Menurut hukum Polandia, negara harus memiliki seorang raja, tetapi tidak dikatakan bahwa raja haruslah seorang pria.

Alih-alih menulis ulang hukum, serta untuk memperjelas bahwa dia bukan hanya permaisuri, maka Hedwig kecil dimahkotai sebagai raja.

Terlepas dari usianya yang masih muda, Jadwiga, adalah pemimpin yang mengesankan.

Dia berpendidikan baik, serta mampu berbicara setidaknya dalam enam bahasa yang berbeda, termasuk Polandia, Latin, Hongaria, Serbia, Bosnia, dan Jerman.

Baca Juga: Punya Sangkakala Legendaris dan Dikubur Tanpa Jantung Dalam Peti Mati Termahal di Dunia, Ini 8 Fakta Firaun Tutankhamun yang Termahsyur

Ibu Jadwiga, Elizabeth dari Bosnia, seharusnya menjabat sebagai wali sampai Jadwiga cukup umur.

Namun, karena kedewasaan dan kecerdasan kepemimpinan Jadwiga yang mengejutkan, diputuskan bahwa sebuah adipati tidak diperlukan.

Jadwiga sangat dermawan, mendanai beasiswa dan rumah sakit baru, sehingga dia dihormati oleh Gereja Katolik Roma sebagai santa pelindung para ratu.

Bahkan, dia menyumbangkan perhiasan mahkotanya untuk restorasi dan modernisasi Universitas Krakow.

Setelah penobatan Jadwiga, pemilihan calon suaminya menjadi perdebatan paling penting di negara itu.

Jadwiga ingin menikahi teman masa kecilnya, William dari Austria, putra Leopold III dan Viridis Visconti.

Sebenarnya, mereka sudah bertunangan secara tidak resmi, tetapi para bangsawan punya rencana lain.

Ditentukan bahwa pernikahan dengan Jogaila, Raja Lituania, akan sangat bermanfaat bagi Polandia, agar Jadwiga melakukan yang terbaik untuk tanahnya, sehingga menyatakan bahwa pertunangannya dengan William tidak sah, dan harus menikahi raja yang berusia 26 tahun itu.

Baca Juga: Tersemat dengan Mantap di Dada, Lambang Bulan Bintang di Klub Bola Ini Jadi Simbol 'Utang Nyawa' Rakyat Irlandia pada Kekaisaran Turki,Terjadi Setelah Disengsarakan Raja Inggris

Tragedi keluarga

Pernikahan Jadwiga ternyata menjadi persatuan yang sangat sukses, penuh rasa hormat, dan pengabdian.

Meskipun Jogaila menjadi raja, Jadwiga tetap menjadi penguasa dan menjalankan kekuasaannya kapan pun diperlukan.

Namun, rupanya pemerintahan Jadwiga menjadi sulit.

Pertentangan dengan Hongaria berakhir dengan ibu dan saudara perempuannya diculik dan dipenjarakan, di mana ibu Jadwiga dicekik di depan mata putrinya yang masih hidup itu.

Mary dapat diselamatkan, tetapi beberapa tahun kemudian, dia meninggal saat hamil dalam kecelakaan menunggang kuda.

Pada tahun 1398, melansir History Daily, Jadwida dan Jogaila mengumumkan kehamilan pertama mereka.

Jadwiga melahirkan putrinya, Elizabeth, pada 22 Juni 1399.

Elizabeth diharapkan akan memerintah Polandia , Lihuania, dan Hongaria.

Tetapi, dia tidak pernah mencapai bulan pertama kehidupannya, bahkan ibunya pun segera menyusul.

Mereka dimakamkan bersama di Katedral Wawel, dan Jadwiga dikanonisasi sebagai orang suci.

Baca Juga: Kisah Madame de Montespan, Wanita Simpanan Raja Louis XIV yang Tega Selingkuhi Suaminya Demi Kehidupan Mewah Kerajaan

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait