Penulis
Intisari-online.com - Xi Jinping sosok Presiden China, pemimpin Partai Komunis China (PKC) sekaligus orang terkuat di China saat ini.
Ia telah memimpin Tiongkok selama 3 dekade, dan tak ada lawan politik yang lebih kuat darinya hingga saat ini.
Bahkan namanya sempat digadang bisa menjadi pemimpin dunia, jika China berhasil mengambil alih posisi Amerika sebagai negara adidaya.
Meski punya kedudukan mentereng dan terpadang di duni, Xi Jinping ternyata sosok yang tumbuh dalam kondisinya mengerikan dan jauh dari kesan mewah.
Xi, yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 2013, dikenal sebagai orang yang sangat tertutup dan tidak banyak bicara.
Sedikit yang kita ketahui tentang dia dan bagaimana dia tumbuh dewasa, adalah hal yang menakutkan.
The New York Times melukiskan gambaran mengerikan tentang hari-hari itu dalam profil masa remaja Xi.
Ayah Xi adalah seorang menteri propaganda Partai Komunis tingkat tinggi pada zaman Mao Zedong, pendiri Tiongkok modern.
Pada awal hidupnya, ini memberikan Xi banyak kemewahan, seperti sekolah mewah, dll.
Tapi semuanya berubah selama Revolusi Kebudayaan China, ketika Mao memutuskan untuk menyingkirkan elit partai.
Ayah Xi dituduh mendukung sebuah buku yang dibenci Mao pada tahun 1962 dan dikirim untuk bekerja di sebuah pabrik.
Lima tahun kemudian, ayah Xi dituduh menatap Tembok Berlin dengan sepasang teropong selama kunjungan ke Jerman Timur bertahun-tahun sebelumnya, menurut The New Yorker.
Kondisi ini menjadikan keluarga Xi semakin buruk.
Pada waktu itulah dunia ikut menyalakan Xi Jinping juga.
Dia dianggap anak dari "geng hitam" karena ayahnya telah disingkirkan dari pemerintahan.
Sekolah mewah yang ia hadiri menjadi incaran bagi mereka yang percaya pada Revolusi Kebudayaan.
Seorang teman sekelas mengatakan dia dan Xi adalah yang "paling hitam" di kelas, dan intimidasi dengan siksaan yang mengerikan.
Kakak perempuan Xibahkan "dianiaya sampai mati," namun menurut The Times, para ahlimenafsirkannya dia bunuh diri.
Para pengawal revolusioner mengejar Xi, mengancam akan menembaknya, dan mempermalukannya di depan umum.
Begitu tertangkap, para militanmengarak Xi dan lima orang dewasa, menurut pengakuan rekan ayah Xi, Yang Ping, yang mengutip percakapan dengan ayah dan keluarga Xi.
Xi Jinping harus menggunakan kedua tangan untuk mengangkat topi logam berbentuk kerucut yang akan dikenakannya.
"Sang ibu tidak punya pilihan selain membela anaknya mati-matian," tulis Yang.
"Ketika mereka berteriak, 'Turunkan Xi Jinping!', ibunyasampai berada dalam barisan dan mengangkat tangannya sambil meneriakkan slogan itu bersama semua orang," katanya.
Ayah dan anak akhirnya bersatu kembali pada tahun 1972, ayah Xi telah disiksa dengan sangat buruk sehingga dia bahkan tidak mengenali putranya sendiri.
Mereka bertemu kembali, dan memiliki kebiasaan yang sama yaitu merokok.
Sang ayah, yang babak belur dan bingung setelah bertahun-tahun diisolasi dan diinterogasi, memandang kedua putranya yang sudah dewasa, dan sama tidak mengenali mereka, menurut biografi ayahnya, mengutip wawancara dengan Xi.
Kakak Xi Jinping menangis, dan Xi menawari ayahnya sebatang rokok.
"Dia bertanya kepada saya, 'Kenapa kamu juga merokok?'" kata Xi.
"Saya berkata: 'Saya depresi. Kami juga berhasil melewati masa-masa sulit selama beberapa tahun ini," ujar Xi Jinping.
"Dia terdiam sejenak dan berkata, Saya mengizinkan Anda untuk merokok," lanjutnya.
Semua itu sebabnya, ketika Xi diwawancarai oleh Chinese Times pada tahun 2000, dia mengatakan bahwa dia memiliki pemahaman yang kuat tentang politik.
"Orang-orang yang memiliki sedikit pengalaman dengan kekuasaan, mereka yang jauh darinya, cenderung menganggap hal-hal ini sebagai hal yang misterius dan baru," kata Xi.
"Tapi saya melihat melewati hal-hal yang dangkal ini: kekuatan, kemuliaan dan tepuk tangan. Saya melihat rumah-rumah tahanan, hubungan manusia yang berubah-ubah. Saya memahami politik pada tingkat yang lebih dalam," kenang Xi Jinping.