Find Us On Social Media :

Dulu Jadi Penyakit Mematikan yang Bikin Orang Seluruh Dunia Ketakutan, WHO Kini Malah Ungkap Kabar Gembira Soal Covid-19, Bisa Jadi Sinyal Covid-19 Akan Segera Menghilang?

By Afif Khoirul M, Jumat, 15 Oktober 2021 | 18:36 WIB

Ilustrasi COVID-19.

Intisari-online.com - Covid-19 dipandang sebagai penyakit paling menular, dan telah membunuh jutaan orang di dunia.

Namun, tampaknya hampir dua tahun berlalu setelah Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, kini WHO umumkan kabar gembira.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan jumlah kematian akibat epidemi Covid-19 turun ke level terendah.

Dalam hampir setahun dengan hampir 50.000 kematian pekan lalu.

Baca Juga: Layaknya Bangkit dari Kubur, Habis Covid-19 Timbullah Penyakit Paling Mematikan Kedua di Dunia Setelah Covid-19, Benar-benar Tidak Bisa Bebas Sejenak!

Kematian akibat Covid-19 turun di setiap wilayah kecuali Eropa, tetapi ketidaksetaraan vaksin terus merajalela di sebagian besar negara berkembang.

Tedros mengatakan 56 negara belum memenuhi target WHO untuk memvaksinasi 10% dari populasi pada akhir September.

Lalu kematian tertinggi di negara-negara dengan sedikit akses ke vaksin.

"Itu masih tingkat yang sangat tinggi, hampir 50.000 kematian seminggu. Jumlah sebenarnya tentu lebih tinggi," kata Tedros.

Baca Juga: Ketua Kadin: Aplikasi PeduliLindungi Jadi Senjata Melawan Pandemi Covid-19

Menurut Tedros, tiga negara, Burundi, Eritrea dan Korea Utara, belum mulai mendistribusikan vaksin.

Lalu sebagian besar dari 56 negara dengan tingkat vaksinasi di bawah 10% berada di Afrika.

Menurut CNBC, negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah telah menggunakan 75% dari total dosis vaksin yang dikembangkan selama pandemi Covid-19 hingga saat ini, sementara kurang dari 5% populasi Afrika telah divaksinasi.

Pada 13 Oktober, Tedros mendesak negara-negara kaya untuk berhenti mendapatkan suntikan booster untuk membantu memenuhi tujuan WHO untuk mengimunisasi setidaknya 40% dari populasi di setiap negara pada akhir tahun.

Pada hari yang sama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS melaporkan bahwa kematian dan rawat inap akibat epidemi Covid-19 diperkirakan akan menurun dalam 4 minggu ke depan.

Laporan terbaru memperkirakan antara 740.000 dan 762.000 kematian tercatat pada 6 November.

Baca Juga: Malah Mirip Adegan Penculikan, Inilah Ide Gila Rodrigo Duterte Untuk Paksa Rakyat Filipina yang Ogah Divaksin Covid-19, Dokter Disuruh Menyelinap Untuk Lakukan Hal Ini

Ini adalah minggu ketiga berturut-turut jumlah kematian baru akibat epidemi Covid-19 diperkirakan menurun.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, ada lebih dari 717.000 kematian akibat Covid-19 di AS.

Proyeksi baru datang ketika kasus Covid-19 turun di AS.

Namun, jumlah kasus baru pada anak-anak masih tinggi, dengan 148.222 kasus tercatat dalam pekan yang berakhir 7-10, menurut data dari American Academy of Pediatrics pada 11/10.

Anak-anak menyumbang hampir seperempat dari semua kasus baru yang tercatat setiap minggu.

Sementara itu, Pan American Health Organization (PAHO), badan kesehatan masyarakat internasional yang bekerja untuk meningkatkan standar hidup dan kesehatan masyarakat di Amerika.

Baca Juga: Akhirnya China Bertidak, Demi Bongkar Rahasia Besar Asal-Ususl Covid-19, Pemerintah China Akan Lakukan Hal Ini Pada Ribuan Warga Wuhan

Pada 13 Oktober melaporkan jumlah kasus Covid-19 secara keseluruhan menurun di Amerika Utara, tetapi tetap tinggi di Midwest, Alaska, dan Wilayah Barat Laut Kanada, di mana insiden Covid-19 10 kali rata-rata nasional.

Di Karibia, Barbados mencatat jumlah kasus dan kematian Covid-19 tertinggi sejak pecahnya pandemi, peningkatan lima kali lipat dalam jumlah infeksi bulan lalu, menurut PAHO.

Direktur PAHO Carissa Etienne memperingatkan bahwa tanpa tindakan bersama untuk meningkatkan tingkat vaksinasi dan langkah-langkah kesehatan masyarakat, epidemi Covid-19 dapat menjadi endemik di wilayah tersebut.