Percaya Diri Vaksin Covid-19 Buatannya Efektif, Rusia Dituding Curi Data Vaksin AstraZeneca untuk Racik Sputnik V

Tatik Ariyani

Penulis

Ilustrasi vaksin Covid-19.

Intisari-Online.com -Vaksin Covid-19 Sputnik V Rusia masih ditinjau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai bagian dari harapan bahwa vaksin itu dapat disetujui oleh badan kesehatan PBB untuk penggunaan darurat terhadap virus corona.

Tetapi pada Selasa (5/10/2021), WHO mengatakan bahwa tidak ada keputusan terkait penggunaan darurat vaksin Covid-19 Sputnik V Rusia dalam waktu dekat.

Klarifikasi tersebut muncul setelah Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan masalah administrasi menjadi salah satu hambatan utama dalam proses pengambilan keputusan WHO, seperti yang terjadi pada setengah lusin kandidat vaksin Covid-19 lainnya.

Persetujuan tersebut akan menunjukkan kepercayaan internasional terhadap vaksin setelah proses peninjauan yang ketat.

Baca Juga: Saat Indonesia Mulai Bebas Pandemi, Negara Tetangga Indonesia yangCanangkan'Hidup Bersama dengan Covid-19' Ini Malah Alami Lonjakan Kasus, Bahkan Memiliki 3.700 Kasus Sehari

Selain mengenai persetujuan tersebut, ada tudingan miring mengenai peracikan vaksinSputnik V.

Laporan dari The Sun menuding Rusia mencuri data vaksin AstraZeneca untuk meracik dosis Sputnik V.

Ada bukti mata-mata yang bekerja untuk Kremlin mencuri cetak biru vaksin AstraZeneca dari perusahaan farmasi multinasional, klaim sumberkeamanan yang melaporkan hal itu.

Baca Juga: Tak Akui Sinovac dalam Program Vaksinasi Nasional, Orang-orang Singapura Justru Minta Vaksin Buatan China Itu Sebagai Suntikan Booster, Mengapa?

Klaim tersebut muncul hanya beberapa bulan setelah Presiden Vladimir Putin mengonfirmasi dia sudah disuntik vaksin Sputnik V.

Pada September, hasil dari dua uji klinis awal yang dilakukan di Moskwa dan diterbitkan dalam jurnal bergengsi Inggris The Lancet menunjukkan, vaksin Sputnik V menggunakan teknologi serupa dengan dosis buatan Oxford-AstraZeneca, dan terbukti aman serta efektif.

Ilmuwan Barat independen mengatakan hasilnya cukup meyakinkan, tetapi memperingatkan bahwa uji coba itu terlalu sempit karena hanya melibatkan 76 orang.

Selain itu, relawan semuanya sehat serta sebagian besar berusia 20-an hingga 30-an tahun.

Pada Senin (11/10/2021), Daily Mail mewartakan, uji coba berlangsung di dua rumah sakit di Moskwa, Rumah Sakit Burdenko dan Rumah Sakit Universitas Sechenov.

Peserta berusia antara 18-60 tahun dan semuanya dianggap sehat tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Baca Juga: Objek Misterius yang Terekam Setahun yang Lalu Terkuak, Makhluk Seukuran 'Monster' Ini Ditemukan di Laut Tempat Kapal Feri Alami Kecelakaan

Pada fase 1 percobaan, relawan diberi satu dosis vaksin untuk melihat apakah mereka mengalami efek samping negatif.

Hampir 60 persen peserta mengalami rasa sakit di tempat suntikan mereka, sementara setengahnya menderita suhu tinggi.

Ini umumnya dianggap ringan, efek yang dapat diterima.

Sebanyak empat dari 10 orang melaporkan sakit kepala, sementara seperempat lainnya merasa lemah atau kekurangan energi, lalu 24 persen mengalami nyeri otot dan sendi.

Semua gejala ini ringan dan cukup umum pada banyak vaksin adenovirus lainnya, sehingga Sputnik V dianggap aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Laporan tersebut juga mengeklaim Rusia juga memusatkan perhatian ke Brasil, India, Indonesia, dan Kanada, karena diyakini sebagai pasar potensial vaksin Sputnik.

Artikel Terkait