Lokasi untuk penyelamatan Presiden itu antara lain, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma mengingat di pangkalan ini sudah ada pesawat kepresidenan Jetstar yang selalu dalam kondisi siap terbang.
Dua lokasi lainnya yang selalu disiagakan untuk penyelamatan Presiden adalah pelabuhan Angkatan Laut Layar Berkembang di Tanjung Priuk karena di pangkalan laut ini selalu siaga kapal laut kepresidenan Varuna I-II.
Atau terbang menuju Istana Bogor menggunakan helikopter kepresidenan yang selalu siaga di lingkungan Istana Merdeka.
Maka, saat itu Bung Karno segera dibawa ke pangkalan udara Halim Perdanakusuma.
Rombongan Bung Karno tiba Halim pada sekitar pukul 09.30 WIB dalam kondisi Halim masih sepi dan langsung menuju ke gedung Komando Operasi (Koops) AURI.
Ternyata di ruangan Koops telah menunggu Laksamana Omar Dhani dan Komodor Leo Watimena, yang kemudian melaporkan situasi yang sedang terjadi.
Sementara itu, Mangil dan anak buahya keluar ruangan untuk mengatur penjagaan di seputar gedung tersebut.
Setelah itu, datanglah tiga perwira dari Angkatan Darat, yakni Brigjen Supardjo Panglima Komando Tempur Mandala Siaga, Mayor Bambang Supeno, dan Mayor Sukirno ke gedung tersebut.
Masing-masing adalah Komandan Batalyon Dharma Putra Kostrad yang pasukannya waktu itu sedang mengepung Istana Merdeka.
Berbicara dengan mereka, saat itulah Presiden Soekarno membuat sebuah keputusan yang kemudian dianggap sebagai salah satu titik penting peristiwa G30S.
Brigjen Supardjo kemudian masuk gedung dan menghadap Bung Karno untuk melaporkan tentang peristiwa penembakan dan penculikan dengan korban para perwira tinggi.
Bung Karno kemudian memerintahkan Brigjen Supardjo agar segera menghentikan pertempuran.