Temui Hannibal Barca, Mengalahkan Kediktatoran Romawi dengan Pasukan Gajah Hannibal Barca dengan Obor di Tanduk-tanduknya

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Hannibal Barca

Intisari-Online.com-Pada akhir 218 SM, Hannibal Barca memimpin pasukan Kartago melintasi Pegunungan Alpen dan menyerang Kekaisaran Romawi.

Dalam Perang Punisia Kedua, ini adalah yang paling dramatis.

Dengan kata lain, Roma yang sedang berkembang berada di ambang kehancuran karena serangan militer yang menghancurkan.

Dalam peperangan sejauh ini, orang-orang Romawi telah kecewa kepada para jenderal mereka yang dipukul mundur oleh Hannibal.

Baca Juga: 'Bayi Laki-laki Itu Lahir dan Badai pun Berhenti', Kisah Pertemuan Kembali Pasukan Penjaga Perdamaian dengan Anak Timor Leste yang 2 Dekade Silam Dia Bantu Lahirkan ke Bumi

Namun, ada masanya ketika komandan baru melangkah ke depan untuk menyelamatkan Roma dari kehancuran.

Salah satunya adalah Quintus Fabius Maximus.

Fabius si Penghambat

Lahir sekitar tahun 275 SM, Quintus Fabius Maximus berusia sekitar lima puluhan ketika bangsa Kartago menyerbu.

Baca Juga: Kisah Lucu Anggota Batalyon 'Kegirangan Berharap Dapat Uang Saku' dari Soeharto saat Prabowo Subianto Dipanggil Cendana Sebelum Bertugas ke Timor Leste

Seperti kebanyakan aristokrat Romawi, ia pernah bertugas di militer danbertempur dalam Perang Punisia Pertama.

Dia juga merupakan salah satu dari dua konsul Roma (pemimpin militer dan politik kota) dalam dua kesempatan terpisah, pada 233 dan 228.

Setelah bencana sebelumnya, tidak ada konsul tersedia untuk memimpin tentara pada tahun 217.

Baca Juga: Berani Minta Amunisi pada Musuh di Tengah Pertempuran, Ini Kisah Kapten Kapal Peter Tordenskjold yang Tak Gentar Hadapi Musuh

Karena itu, bangsawan Roma memutuskan bahwa untuk sementara mereka perlu menunjuk seorang diktator, seorang pejabat dengan kepemimpinan militer dan politik tertinggi.

Sebuah pertemuan pun dilakukan dan akhirnya keputusan dihasilkan untuk memilih Fabius dengan Marcus Minucius Rufus sebagai wakilnya.

Fabius memulai pekerjaan militernya dengan menopang pertahanan Roma.

Dia memastikan jalur pasokan militer, dan membentuk dua legiun baru.

Baca Juga: Kisah Menegangkan, Ketika Jet Tempur MiG-25 Uni Soviet Dicuri oleh Pilotnya Sendiri, AS pun Sumringah Bisa Bongkar dan Curi Informasi Senjata yang Bikin Barat Ketakutan

Dia mendekati tentara Hannibal tetapi menolak untuk terlibat dalam pertempuran.

Ketika orang-orang Kartago bergerak, dia membayangi mereka, dengan hati-hati memilih rutenya tersendiri.

Sehingga, Fabius akan mendapat keuntungan dari tanah jika Hannibal diserang.

Kampanye manuver ini memberi pengalaman militer untuk bekerja sama.

Baca Juga:Diambil 100 Tahun Lalu, Seperti Inilah Potret Suku Kwakiutl yang Cerdik Itu

Namun bagaimanapun juga, Fabius harus bertarung menyerang Kartago.

Fabius kemudian pindah ke celah dengan mengambil posisi defensif yang kuat, dia berharap untuk memaksa pertempuran dengan caranya sendiri.

Tapi dia dikalahkan oleh Hannibal, yang mengendarai kawanan gajah dengan obor di tanduk-tanduknya.

Reputasi Fabius rusak dan pada akhir kekuasaannya selama enam bulan sebagai diktator, dia meninggalkan kedudukannya dan kembali ke Roma.

Baca Juga:Munculnya Sindrom Yerusalem, Sebuah Gangguan Psikologis Aneh yang Menimpa Wisatawan di Kota Suci, Fenomena Apa Ini?

Meski begitu, Fabius membuat legiun Romawi lebih maju dari sebelumnya, hingga posisinya digantikan oleh Marcus Claudius Marcellus.

Baca Juga:Kisah Nero: Kaisar Romawi yang Gila Kemewahan, Tirani, namun Mengakhiri Hidupnya dengan Bunuh Diri

Artikel Terkait