Find Us On Social Media :

Wajib di Era Soeharto, Pemutaran Tiap Tahun Film G30S/PKI Dihentikan Sejak Tahun 1998, Ini Tokoh di Balik Penghentiannya

By Khaerunisa, Selasa, 21 September 2021 | 19:35 WIB

Poster film G30S PKI

Baca Juga: Kabar Gembira Bagi Para Wanita Se-Indonesia, Coba Minum Ramuan Jahe Campur Gula Merah Tiap Hari, Ternyata Bisa Berikan 8 Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh!

"Karena itu, tanggal 30 September mendatang, TVRI dan TV swasta tidak akan menayangkan lagi film Pengkhianatan G30S/PKI," ujar Yunus seperti ditulis dalam harian Kompas, 24 September 1998.

Film itu sendiri menuai pro dan kontra banyak kalangan.

Sebagian kalangan percaya mengenai brutalnya kisah yang disajikan, sedangkan sebagian yang lain meragukan cerita yang ditampilkan sama seperti sejarah yang sebenarnya terjadi saat itu.

Baca Juga: Zodiak Bulan September Virgo dan Libra, Begini Sifat, Karier hingga Percintaan Mereka

Kualitas Film Ini Dipuji

Terlepas dari pro dan kontra yang terjadi, film Pengkhianatan G30S PKI karya Arifin C. Noor telah dipuji kualitasnya.

Seperti diungkapkan salah satu sinematografer yang juga seorang sutradara film The Origin of Fear (2016), Bayu Prihantoro Filemon, membagikan pandangannya.

Menurut Bayu, sejumlah adegan kekerasan dengan latar suara yang mencekam membuat film itu menyerupai film horor.

"Film ini bisa saya sebut 'horor paripurna'," kata Bayu dikutip Kompas.com.

Baca Juga: Bak Pilih Kasih, AS Tolak Mentah-mentah Saat India Minta Bantuan untuk Membangun Kapal Selam Nuklir Sejak Bertahun-tahun yang Lalu, Sebelum Perjanjian Aukus

"Karena film ini, dengan segala keterbatasannya, berhasil menebar teror sekaligus menjadi trauma generasi," kata sutradara yang memenangkan Best Short Film di Art Film Fest Kosice di Slovakia pada 2017 ini.

Film ini disebut menyuguhkan karya sinematografi dan seni peran yang paripurna. Ditambah, efek warna dan suara mencekam membuat penontonnya terbawa dengan suasana kelam saat itu.

Sutradara yang karyanya juga masuk dalam nominasi Best Short Film di Venice Film Festival ini menyebutnya sebagai pseudomemory sejarah bangsa.

Menurut Bayu, hal itu berhasil dicapai meskipun film ini masih memiliki banyak kekurangan dari berbagai sisi.

Baca Juga: Anda Penderita Kolesterol? Jangan Buru-buru Minum Obat, Ternyata Begini Cara Konsumsi Alpukat untuk Mengatasinya

(*)