Penulis
Intisari-Online.com – Diabetes merupakan penyakit mematikan jika tidak diobati, seperti yang pertama kali dicatat oleh orang Mesir Kuno sekitar tahun 1500 SM.
Namun, hingga tahun 1920-an, tidak ada pengobatan yang berarti selain diet yang sangat ketat, yang biasanya hanya akan memperpanjang hidup yang tak terhindarkan.
Orang dewasa biasanya hanya bertahan hidup selama dua tahun setelah gejala dimulai, bahkan anak-anak hanya bertahan hidup selama beberapa bulan saja.
Pada tahun 1914, Rumah Sakit Rockefeller membuka bangsal untuk mengobati diabetes, dengan menggunakan diet kelaparan kurang dari 500 kalori sehari.
Upaya tersebut terkadang dapat memperpanjang hidup, mereka juga sambil mempelajari bagaimana tubuh memecah makanan dan organ apa yang bermasalah pada pasien diabetes.
Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa anjing yang pankreasnya diangkat mengembangkan kasus diabetes mendadak, maka dokter pun mulai menyelidiki hubungannya pada manusia.
Pada tahun 1920, seorang dokter muda bernama Frederick Banting, menaruh minat khusus pada pankreas.
Dia belajar tentang hormon unik dan sedikit dipahami yang mengatur dalam organ yang disebut insulin.
Dia mencurigai bahwa ekstraksi hormon ini dapat mengobati diabetes, sehingga dia bawa idenya itu ke almamaternya, yaitu University of Toronto.
Dia mendekati seorang peneliti bernama John Macleod, yang awalnya skeptis, namun akhirnya memutuskan untuk membiarkan Banting mencobanya di universitas itu, karena memiliki banyak ruang lab.
Banting, bersama asistennya, Charles Best, mulai melakukan eksperimen pada anjing.
Mereka menunjukkan bahwa ekstrak pankreas memang membuat anjing tetap hidup, tetapi pekerjaan mereka berantakan, dan tidak memenuhi standar yang diterima oleh komunitas medis.
Apoteker James Collip turun tangan untuk memurnikan ekstrak insulin, meskipun ia memilih untuk menggunakan sapi daripada sahabat manusia itu untuk penelitiannya.
Dengan bantuan Collip, pengujian pada manusia dimulai pada tahun 1922, ketika seorang anak laki-laki berusia 14 tahun bernama Leonard Thompson dirawat dengan hormon eksperimental di sebuah rumah sakit Toronto.
Melansir History Daily, meski pada awalnya anak laki-laki itu menunjukkan reaksi alergi karena beberapa kotoran, namun dosis kedua pada dua minggu kedua yang diberikan, dapat menyelamatkan nyawa Thompson.
Pada bulan Agustus tahun itu juga, mereka merawat Elizabeth Hughes, putri menteri luar negeri AS, kemudian pulih sepenuhnya dan melanjutkan hidupnya dengan baik hingga usia tujuh puluhan.
Namun, ketegangan muncul di antara tim yang bekerja terlalu keras.
Baca Juga: Manfaat Daun Salam untuk Diabetes, Meningkatkan Respon Insulin
Collip mengancam untuk merahasiakan metode pemurniannya dari Banting, yang hampir menyerang Collip, tetapi ditarik oleh Best sebelum kekerasan terjadi.
Mereka menunda pertengkaran mereka, hingga mempresentasikan terobosan mereka kepada Asosiasi Dokter Amerika dengan banyak perdebatan pada tanggal 3 Mei 1922.
Akhirnya Banting dan Macleod memenangkan Hadiah Nobel untuk Kedokteran pada tahun 1923.
Dengan baik hati mereka pun berbagi kemenangan mereka dengan Best dan Collip, karena semua bekerja sama sebagai sebuah tim.
Perusahaan farmasi pun dengan cepat mulai mengembangkan metode untuk memproduksi insulin.
Di seluruh dunia, orang-orang mulai terbangun dari koma karena diabetes mereka.
Orangtua menyaksikan anak-anak mereka, yang pernah berada di ambang kelaparan dan kematian, menjadi anak-anak yang normal dan bahagia.
Apa yang dulunya merupakan hukuman mati bagi penderita penyakit yang sangat mematikan ini, menjadi penyakit yang sangat bisa diobati, berkat kerja tiga tahun yang melelahkan dari tim Toronto.
Dan hingga hari ini, pasien dengan diabetes dapat berharap bisa hidup lebih lama lagi.
Baca Juga: Tanaman Obat Ini Bisa Bantu Kontrol Diabetes, Salah Satunya Sering Kita Temui di Dapur
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari