Artinya, jika negara-negara tidak sepenuhnya menerapkan suntikan booster, surplus vaksin bisa lebih tinggi lagi.
Sementara itu, negara-negara berpenghasilan rendah masih menghadapi kekurangan vaksin yang parah.
Cakupan vaksin di seluruh dunia rata-rata lebih dari 40%, tetapi hanya sekitar 2% orang di negara miskin yang memiliki akses ke vaksin, menurut situs web Our World in Data.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan banyak forum internasional lainnya telah berulang kali meminta negara-negara kaya untuk berbagi vaksin dengan negara-negara miskin.
Contoh ketidakseimbangan dalam vaksin adalah bahwa suntikan booster (total tiga suntikan atau "satu setengah dosis") secara bertahap menjadi lebih umum di banyak negara maju.
Sementara negara-negara miskin harus mempertimbangkan strategi "vaksinasi" (satu suntikan), menurut Politico.
Opsi "suntikan setengah dosis" telah diterapkan di sejumlah epidemi sebelumnya dan beberapa uji coba telah menunjukkan tanda-tanda positif.
Tetapi tidak ada kesimpulan ilmiah yang pasti tentang efektivitas pengurangan dosis vaksin.
Kelebihan tersebut juga menimbulkan pertanyaan apa yang harus dilakukan sebelum vaksin kadaluwarsa.