Penulis
Intisari-Online.com -Kim Jong-Un lagi-lagi menolak sumbangan vaksin Covid-19 untuk Korea Utara yang selama ini nyaris belum tersentuh vaksinasi.
DiberitakanWall Street Journal, Korea Utara memutuskan untuk menolak sekitar 3 juta dosis vaksin Sinovac Biotech asal China.
Kabar tersebut terungkap lewat laporan UNICEF yang menyebut Kementerian Kesehatan masyarakat Korea Utara enggan menerima pengiriman vaksin Sinovac.
Mereka, menurut laporan badan PBB tersebut, berdalih bahwa vaksin-vaksin tersebut seharusnya dikirim ke negara-negara lain yang lebih membutuhkan.
Apalagi, menurut klaim Korea Utara, di tempat lain kasus virus corona terus mengalami lonjakan.
Sementara itu, lanjut pihak Korea Utara, pasokan global untuk vaksin Covid-19 justru sangat terbatas.
Ya, hal ini memang selaras dengan klaim mereka selama ini yang menyebut tidak ada kasus Covid-19 di Korea Utara.
Kondisi ini, menurut mereka, terjadi karena pembatasan ketat baik untuk perjalanan domestik maupun berupa penutupan perbatasan.
Padahal, sebelumnya, pada Juli lalu, Korea Utara sedang mencari opsi lain untuk vaksin usaimenolak rencana sumbangan vaksin AstraZeneca.
Saat itu, menurut laporanInstitute for National Security Strategy (INSS), Korea Utara khawatis dengan efek samping dari vaksin tersebut.
MelansirChannel News Asia, Minggu (11/7/2021), di bawah skema distribusi vaksin global COVAX, Korea Utara mendapat jatah 2 juta dosis vaksin AstraZeneca.
UNICEF sendiri hingga berita ini diturunkan, belum mau memberikan komentar detail tentang distribusi vaksin di Korea Utara yang tersendat.
"Kami terus bekerja dengan otoritas Korea Utara untuk membantu menanggapi pandemi COVID-19," kata juru bicara Aliansi Global untuk Aliansi Vaksin dan Imunisasi, salah satu organisasi yang memimpin COVAX, dalam sebuah pernyataan melalui e-mail.
Mundur 3 dekade
Langkah Korea Utara yang terus-menerus menolak sumbangan vaksin Covid-19 jelas memicu pertanyaan besar.
Apalagi, negara tersebut terdampak hebat hingga kondisinya disebut-sebut 'mundur 3 dekade' gara-gara pandemi Covid-19.
Ya, meski sedikit malu-malu untuk mengakuinya, Korea Utara mulai membeberkan bagaimana negaranya kini sedang dilanda krisis pangan.
Sebuah kondisi yang terakhir kali terjadi pada 1990-an, di mana negara tersebut hancur lebur karena kelaparan.
Hal ini terjadi usai mereka melakukan pembatasan ketat di negaranya, termasuk terbatasnya lalu lintas domestik dan antar negara.
Lockdown yang telah berlangsung selam 17 bulan tersebut memang disebut-sebut berhasil membuat negeri ini terbebas dari kasus Covid-19.
Meski, beberapa pihak meyakini bahwa 'prestasi' nol kasus tersebut cenderung terjadi karena enggannya anak buah Kim Jong-Un melaporkan kondisi sebenarnya.
Sistem kesehatan yang kuno
VOA News kemudian memaparkan bahwa penolakan-penolakan Korea Utara terhadap sumbangan vaksinn Covid-19 terjadi karena alasan lain.
Alasan mereka yang takut akan efek samping atau menganggap negara lain lebih membutuhkan, hanya dalih untuk menutupi kondisi sistem kesehatan mereka yang sudah kuno.
Ya, rintangan terbesar bagi Korea Utara untuk menerima vaksin Covid-19 yang membutuhkan penanganan berbeda-beda adalah kemampuan mereka untuk menyimpannya dengan baik.
Seorang sumber, melansirVOA, menyebut pasokan listrik yang stabil dan jaringan lemari es ultra-dingin adalah hal yang sulit ditemukan di Korea Utara.
Sistem distribusi juga dipastikan akan sangat terhambat karena negara ini tidak memilki truk-truk yang bisa dimodifikasi khusus untuk pengiriman vaksin.