Penulis
Intisari-online.com - Tumbangnya rezim Afghanistan ke tangan Taliban telah membuatnya ditinggalkan beberapa sekutunya.
Namun beberapa negara disinyalir akan membuka peluang hubungan dengan Taliban.
Seperti rumor yang beredar, China adalah negara paling keras ingin membuka hubungan dengan Taliban.
Tak hanya China beberapa negara lain seperti Rusia dan Pakistan pun menyatakan minat serupa.
Sayangnya, tidak satupun dari ketiga negara tersebut sudah mencapai kesepakatan dengan Taliban.
Malahan negara yang namanya hampir tak pernah dirumorkan ini yang sudah mencapai kesepakatan dengan Taliban.
Negara tersebut adalahg Turki, negara anggota NATO yang segera menadatangani kesepakatan untuk mengakui Taliban di Afghanistan.
Mereka juga berpartisipasi dalam operasi bandara internasional Kabul dengan Watar, yang membuka jalan bagi Taliban untuk menarik investasi bantuan asing.
Menurut Russian Today (RT) Turki, dan kesepakatan sudah disiapkan, tinggal menunggu persetujuan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan diperkirakan akan menandatangani perjanjian tersebut setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 31 Agustus.
Salah satu poin penting dalam negosiasi Turki dengan Taliban adalah masalah siapa yang akan terlibat dalam operasi dan keamanan Bandara Internasional Kabul, tujuan utama orang asing di Afghanistan.
"Bagaimana kami menjelaskan kepada dunia bahwa, jika Taliban mengambil alih keamanan bandara Kabul, tidak ada risiko di sana? Ini bukan pekerjaan mudah," kata Erdogan.
Middle East Eye (MEE) yang berbasis di London, Inggris, mengutip dua pejabat Turki.
Mengatakan bahwa Ankara akan berpartisipasi dalam memastikan keamanan di bandara Kabul melalui perusahaan keamanan swasta.
Petugas keamanan dipilih dari veteran dan mantan polisi Turki.
Pasukan khusus Turki berpakaian preman juga berpatroli di dalam bandara Kabul untuk membantu warga Turki.
Sebagai imbalannya, Turki akan mengakui Taliban sebagai pemerintah yang sah di Afghanistan.
Turki akan bergabung dengan Qatar dalam mengoperasikan bandara Kabul, menyambut penerbangan dari luar negeri ke Afghanistan.
Sementara negara-negara anggota NATO justru menarik staf diplomatik mereka dari Afghanista.
Tetapi Turki mempertahankan kedutaan untuk mempromosikan kepentingan komersial dan politiknya di Afghanistan.
Erdogan mengatakan duta besar Turki dan staf kedutaan telah kembali bekerja di ibu kota Kabul seperti biasa.
"Tujuan kami adalah mempertahankan kehadiran di Afghanistan.Kami akan menyesuaikan rencana berdasarkan situasi aktual," kata Erdogan.
Awal bulan ini, Erdogan setuju dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bekerja dengan Rusia untuk membantu menstabilkan keamanan di Afghanistan.
Kedua pemimpin menganjurkan "bersama-sama mempromosikan hubungan dengan pemerintah yang didirikan oleh Taliban di Afghanistan".
Afghanistan yang stabil membantu Turki menghindari masuknya pengungsi ke negara itu, yang dianggap sebagai "pintu gerbang ke Eropa".
Sebaliknya, diakui oleh Turki memberi Taliban pengaruh yang lebih besar di komunitas internasional.