Mayjen MT Haryono
Dari arsip Harian Kompas, 23 November 1965, mayat M.T. Haryono ditemukan di sumur Lubang Buaya, nomor dua dari bawah, di atas jenazah D.I Panjaitan. Sebelumnya, M.T Haryono yang dikenal sebagai penyayang anak ini diberondong peluru di kediamannya, saat mencoba melawan rombongan yang datang dan menculiknya.
Sayangnya, jumlah lawan terlalu besar, banyak peluru yang akhirnya bersarang di tubuh Haryono.
Baca Juga: Ini Peran Anggota PPKI dalam Kemerdekaan Indonesia, Sangat Vital!
Mayjen S. Parman
Mayjen S. Parman disergap pada 1 Oktober 1965 sekira pukul 04.00 WIB.
Berdasarkan arsip Harian Kompas, 23 Oktober 1965, perwira yang pernah berjuang di peristiwa Madiun, APRA, D.I. Jawa Barat dan Jawa Tengah ini tidak menyadari kedatangan rombongan penculik, karena menggunakan seragam Cakrabirawa.
Rombongan itu mengatakan suasana di luar genting, bahkan mereka ikut masuk ke kamar tidur saat Parman berganti pakaian.
Laki-laki bernama lengkap Siswondo Parman ini pun dibawa pergi.
Saat itu, rumahnya tidak ada yang menjaga, hanya ada istri dan anaknya di sana. Penculikan itu berjalan dengan lancar.
Brigjend D.I. Panjaitan
D.I. Panjaitan diculik pada 1 Oktober 1965 waktu subuh.
Pasukan berseragam yang datang dengan menggunakan dua buah truk langsung mengepung rumah Panjaitan dari segala penjuru arah.
Tapi, ia mengira pasukan itu ditugasi untuk menjemput dirinya agar bertemu dengan Soekarno.
Panjaitan pun berpakaian rapi, resmi, lengkap dengan topi, layaknya akan pergi ke satu upacara. Namun tanpa diduga, pasukan itu justru menembaki barang-barang yang ada di rumahnya hingga hancur berserakan.
Sempat melawan, Jenderal asal Tapanuli ini pun ditembak di halaman rumahnya seketika itu juga, dan langsung dibawa pergi.