Penulis
Intisari-online.com - Banyak yang bertanya-tanya apa sebenarnya yang tersimpan di Afghanistan hingga negara tersebut begitu diperjuangkan Amerika.
Dalam sebuah lelucon satir, dikatakan pada hari ketujuh saat Tuhan selesai menciptakan alam semesta.
Tuhan menempatkan semua batu sisa tak terpakai di Afghanistan, itulah mitos candaan tentang alam Afghanistan yang diklaim menyimpan harta karun luar biasa.
Menurut Deutchhe Welle, Taliban kini telah sepenuhnya berkuasa di Afghanistan dan memiliki kekuatan fiansial, dan geopolitik yang kuat.
Sebelum mengambil alih Afghanistan, kelompok ini mencari dana perdagangan opium dan heroin, namun kini mereka memiliki sumber daya yang dibutuhkan dunia.
Tahun 2010, laporan oleh militer dan ahli feologi AS memperkirakan Afghanistan memiliki kekayaan 1 triliun dollar.
Meskipun negara tersebut tergolong negara termiskin di dunia.
Namun, mereka memiliki tembaga, lithium, kobalt, emas, dan rare eart yang tak terhitung jumlahnya, belum lagi tabungan minyak bumi yang baru saja ditemukan.
Dua dekade pendudukan Amerika Serikat, sumber daya alam tersebut tak tersentuh, karena situasi keamanan yang ekstrem.
Sekarang, nilai tabungan mineral itu sudah meroket akibat transisi global energi hijau.
Bahkan diperkirakan mineral di negara itu bisa mencapai 3 triliun dollar AS, termasuk bahan fosil, 3 kali produk domestik bruto Indonesia.
Lithium untuk baterai mobil listrik, ponsel, laptop, merupakan barang yang dibutuhkan pasar secara gila-gilaan.
Pertumbuhan permintaan Lithium mencapai 20 persen, jauh melesat, pentagon menyebut Afghanistan adalah Arab Saudinya Lithium dunia.
Ini memproyeksikan lithium di Afghanistan bisa menyamai Bolivia yang saat ini tertinggi di dunia.
Belum lagi batu mulia, yang tersimpan di Afghanistan, menjadi tabungan yang tak ternilai harganya.
Saat Barat mengancam ogah kerja sama dengan Taliban, China-Rusia malah langsung bergegas melakukan pendekatan ke Taliban.
Beijing sudah menawarkan diri menjadi investor asing di Afghanistan, dan siap memimpin perlombaan untuk membangun sistem di Afghanistan.
Beberapa analis, bagaimanapun, mempertanyakan apakah Taliban punya kompetensi dan kemauan untuk mengeksploitasi sumber daya alam negara. Mengingat, pendapatan yang mereka hasilkan selama ini, sebagian adalah dari perdagangan narkoba.
“Sumber daya ini ada di bumi pada tahun 90-an juga dan mereka (Taliban) tidak dapat mengekstraknya,” Hans-Jakob Schindler, Direktur Senior di Proyek Kontra Ekstremisme, mengatakan kepada DW.
"Kita harus tetap sangat skeptis terhadap kemampuan mereka untuk menumbuhkan ekonomi Afghanistan atau bahkan minat mereka untuk melakukannya."
Selain itu Afghanistan memiliki cadangan emas, platinum, perak, tembaga, besi, kromit, litium, uranium dan alumunium yang besar.
Kemudian, batu mulia seperti Zamrud, rubi, pirus, safir, dan lapis lazuli, berkualitas tinggi di negara itu telah lama memmikat pasar batu permata.
Melalui penelitian ilmiahnya yang luas tentang mineral, menyimpulkan bahwa Afghanistan menyimpan 60 juta metrik ton tembaga, 2,2 miliar ton bijih besi, 1,4 juta ton unsur Rare Earth Elements (REE) seperti lantanum, cerium, neodymium, dan urat aluminium, emas, perak, seng, merkuri, dan lithium.
Menurut pejabat Pentagon, analisis awal mereka di satu lokasi di provinsi Ghazni menunjukkan potensi deposit lithium sebesar cadangan Bolivia, yang diketahui memiliki cadangan lithium terbesar di dunia. Itu baru di satu provinsi.
USGS memperkirakan deposit Khanneshin di provinsi Helmand akan menghasilkan 1,1 - 1,4 juta metrik ton REE.
Beberapa laporan memperkirakan sumber daya REE Afghanistan termasuk yang terbesar di dunia.
REE telah menjadi bagian penting dari teknologi modern. Mereka digunakan dalam ponsel, televisi, mesin hibrida, komputer, laser, dan baterai.
Kongres AS menyebut REE sangat strategis bagi keamanan nasional Amerika Serikat.
REE adalah kunci untuk sistem navigasi tank, sistem panduan peluru kendali, komponen pertahanan rudal, satelit, dan sistem komunikasi militer.
Afghanistan dapat menjadi bagian dari solusi jangka panjang untuk masalah pasokan REE dunia.
Sumber daya mineral Afghanistan yang kaya, jika dieksploitasi secara efektif, akan menjadi pengganti terbaik bantuan asing dan mengurangi ketergantungan negara tersebut pada dukungan asing.
Pengelolaan sumber daya mineral yang lebih baik dapat berujung pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, membuka jalan bagi perdamaian yang langgeng.
Namun ada satu masalah, seperti dikutip dari berbagai laporan, bahwa Taliban memiliki tafsir yang sangat ketat tentang Islam.
Hingga, deal apapun harus mematuhi secara ketat prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Hal tersebut bisa menjadi simalakama bagi kekuatan kapitalisme barat.
Tapi, justru menjadi berkah bagi kekuatan ekonomi Islam yang moderat di dunia dan Asia Tenggara yang bersedia melaksanakannya dengan penerapan ketat ekonomi syariah. Kecuali, Taliban memilih tunduk pada prinsip dan cara ekonomi Barat.