Find Us On Social Media :

Amerika Bisa Dipemalukan Dua Kali, Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan Disamakan dengan Kekalahan pada Perang Vietnam, Ini Sebabnya

By Tatik Ariyani, Senin, 16 Agustus 2021 | 10:00 WIB

AS mengevakuasi warganya dari Saigon - AS mengevakuasi warganya dari Kabul

 

Intisari-Online.com - Setelah AS dan sekutunya menarik pasukan dari Afghanistan, Taliban dengan cepat menguasai kota-kota penting negara itu.

Bahkan pada hari Minggu, Taliban kini telah menguasai ibu kota Kabul, lebih cepat dari dari prediksi intelijen AS.

Mereka memasuki istana setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu di tengah kemajuan pesat Taliban.

Taliban telah merebut 26 dari 34 ibu kota provinsi Afghanistan dalam waktu kurang dari dua minggu, seperti diwartakan Al Jazeera (15/8/2021).

Baca Juga: Taliban Berhasil Kuasai Istana Kepresidenan, Presiden Afghanistan Justru Kabur ke Luar Negeri, Rakyat Panik Mencari Tempat untuk Selamatkan Diri

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa dia tidak menyesali keputusannya menarik pasukan dari Afghanistan.

Biden mencatat bahwa Washington telah menghabiskan lebih dari satu triliun dolar dalam perang terpanjang Amerika dan kehilangan ribuan tentara.

Dia menambahkan Amerika Serikat terus memberikan dukungan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan.

Berkaitan dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan tersebut, seorang senator AS membandingkan hal itu dengan jatuhnya Saigon.

Baca Juga: 'Jika Taliban Temukan Saya, Mereka Akan Bunuh Saya dan Keluarga Saya', Beginilah Nasib Warga Afghanistan yang Membantu Tentara AS, Kalap dapat Baju Bagus Nyawa Pun Jadi Taruhan

Melansir The Guardian, Jumat (13/8/2021), senator AS Mitch McConnell telah memperingatkan bahwa mundurnya Amerika dari Afghanistan berisiko terulangnya kembali penarikan memalukan bangsa dari Saigon pada akhir konflik Vietnam pada tahun 1975.

Ketika ribuan tentara Amerika diperintahkan kembali ke Kabul untuk mengevakuasi staf kedutaan di tengah kemajuan pesat Taliban, pemimpin minoritas Senat AS McConnell mengatakan AS "berjalan menuju bencana besar, dapat diprediksi, dan dapat dicegah".

Itu terjadi ketika para pejabat mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa Taliban telah merebut kota terbesar kedua di Afghanistan, Kandahar, serta Lashkar Gah di selatan.

Taliban juga mengklaim mereka telah merebut kota barat Herat, kota terbesar ketiga di negara itu, dan Qala-e-Naw di barat laut.

Sebuah foto yang mengabadikan kekalahan Amerika di Vietnam, menunjukkan para pengungsi menaiki helikopter di atap sebuah gedung, menyebar dengan cepat di jejaring sosial setelah Amerika Serikat mengumumkan pengerahan darurat pada hari Kamis.

McConnell mengkritik pemerintahan Biden pada hari Kamis karena keputusannya untuk mengumumkan penarikan pasukan pada 11 September – yang juga merupakan peringatan 20 tahun serangan teror di New York dan Washington yang memicu invasi AS ke Afghanistan.

Baca Juga: Peristiwa Rengasdengklok: Bung Karno Mengkritik Para Pemuda Tidak Kompak sehingga Awalnya Enggan Menyatakan Kemerdekaan Sepihak

"Berita terbaru tentang penarikan lebih lanjut di kedutaan kami dan pengerahan pasukan militer yang tergesa-gesa tampaknya seperti persiapan untuk jatuhnya Kabul," kata McConnell.

“Keputusan Presiden Biden membuat kita bergegas menuju sekuel yang lebih buruk dari kejatuhan Saigon yang memalukan pada tahun 1975.

“Presiden Biden menemukan bahwa cara tercepat untuk mengakhiri perang adalah dengan kehilangannya,” kata McConnell, mendesak presiden untuk berkomitmen memberikan lebih banyak dukungan kepada pasukan Afghanistan.

“Tanpa itu, al-Qaida dan Taliban dapat merayakan peringatan 20 tahun serangan 11 September dengan membakar kedutaan kami di Kabul.”

Seorang mantan juru bicara departemen luar negeri AS, Morgan Ortagus menambahkan keritikan bahwa itu adalah “kegagalan kebijakan luar negeri yang besar dengan konsekuensi generasi yang hanya berjarak tujuh bulan dalam pemerintahan ini. Semuanya menunjukkan keruntuhan total.”

Kembali pada bulan Juni, ketika Taliban maju membangun momentum, Biden membahas persamaan Saigon dan mengabaikannya. "Tidak akan ada situasi di mana Anda akan melihat orang-orang diangkat dari atap kedutaan besar Amerika Serikat dari Afghanistan," katanya.

Pada bulan yang sama, ketua kepala staf gabungan AS, Jenderal Mark Milley, juga menolak perbandingan dengan keluarnya Saigon secara putus asa.

Baca Juga: Cek Weton Senin Wage: Ramalan Peruntungan yang Berujung Manis, Tapi Hati-hati di Rentang Usia Berikut Ini

"Saya tidak melihat itu terjadi," kata Milley. “Saya mungkin salah, siapa tahu, Anda tidak bisa memprediksi masa depan, tapi saya tidak melihat Saigon 1975 di Afghanistan. Taliban bukan tentara Vietnam Utara. Ini bukan situasi seperti itu.”

Untuk melakukan evakuasi staf Amerika dari kedutaan besarnya di Kabul, 3.000 tentara AS akan mengamankan bandara, 1.000 akan dikirim ke Qatar untuk dukungan teknis dan logistik, sementara 3.500 hingga 4.000 akan ditempatkan di Kuwait untuk dikerahkan jika diperlukan.

Pada hari Kamis, juru bicara Pentagon John Kirby menolak untuk menggambarkannya sebagai apa yang disebut "operasi evakuasi non-kombatan", atau NOE. Dia menunjukkan itu tidak memiliki nama, dan menghindari berbicara tentang evakuasi.

Misi "NOE" yang paling terkenal adalah Operasi Frequent Wind, di mana lebih dari 7.000 warga sipil Vietnam dievakuasi dari Saigon pada 29-30 April 1975 dengan helikopter.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan tegas menolak perbandingan dengan penarikan Amerika yang memalukan dari Vietnam pada tahun 1975, yang berakhir dengan gambar ikonik helikopter AS yang mengevakuasi orang Amerika dari atap kedutaan di Saigon, seperti melansir USA Today, Minggu (15/8/2021).

"Ini jelas bukan Saigon," bantah Blinken, menggambarkan penarikan kedutaan dan personel lainnya sebagai "sangat disengaja."