Penulis
Intisari-online.com -Nama Quan Hongchan menorehkan sejarah dalam Olimpiade Tokyo 2020 setelah memenangkan emas dalam debut Olimpiadenya.
Ia adalah atlet loncat indah perempuan berumur 14 tahun yang memenangkan medali emas dalam kelas 10 m.
Layaknya pemenang medali emas Indonesia, Greysia Polli dan Apriyani Nugroho, Quan mendapatkan seabrek hadiah mulai dari hadiah uang sampai hunian.
Namun ternyata ia mengembalikan semua hadiah tersebut.
Padahal hadiah-hadiah itu diberikan oleh seluruh warga China yang bangga atas prestasi Quan.
Quan berasal dari keluarga miskin, ibu gadis tersebut sakit lama sejak kecelakaan mobil tahun 2017 dan mereka bertahan hidup hanya dengan gaji tak menentu ayah Quan yang bekerja sebagai petani jeruk.
Melansir SCMP, setelah publik China mengetahui kekurangan Quan, mereka berebut untuk mengirimkan hadiah, bantuan dan mengubah desa kecil Quan menjadi lokasi wisata.
Media lokal melaporkan rumah Quan di desa Maihe, provinsi Guangdong, telah menjadi lokasi trendi di media sosial setelah penampilan sempurnanya dalam final loncat indah kelas 10 m minggu lalu.
Quan Wenmao, ayah dari atlet perempuan itu, mengatakan pada hari Minggu lalu ia ditawari sebuah apartemen, properti menjanjikan dan uang sebesar Rp 431 juta.
Namun ia mengatakan ia menolak semua tawaran itu.
"Saya berterima kasih semuanya datang. Tapi saya tidak mengambil apapun. Saya tidak mengambil sepeserpun," ujarnya tiga hari setelah anaknya memenangkan emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Sejak akhir minggu kemarin, rumah Quan sudah dibanjiri dengan berbagai hadiah yang dikirimkan oleh penggemarnya.
Termasuk makanan ringan bernama latiao yang dikatakan Quan merupakan makanan kesukaannya.
Semua hadiah itu disimpan oleh komite desa dan beberapa makanan ringan telah diberikan kepada anak-anak kecil di desa itu.
Blogger dan penggemar telah mendatangi desa yang tidak terkenal itu dan sampai membuat pusing keluarga dan tetangga Quan.
Ayah Quan meminta kerumunan itu untuk pulang.
"Mereka bisa cukup mengirimkan ucapan mereka, tidak perlu datang kemari. Ini mengganggu hidup mereka dan hidup kami, bukan?" tanyanya.
Keramaian itu rupanya telah mengusik rutinitas harian kota dan mengacaukan upaya penanganan Covid-19.
Padahal China sedang menghadapi lonjakan kasus akibat Covid-19 varian Delta.
Ayah Quan mengatakan ia bekerja seperti biasa di peternakan jeruknya setelah anaknya memenangkan medali emas Kamis minggu lalu.
Peternakan itu masih menjadi sumber penghasilan utama keluarga.
Ibu Quan yang masih memulihkan diri, telah sibuk menghadapi para tamu.
Para tamu itu disebutkan ayah Quan tidak memberi waktu untuk istrinya beristirahat.
Ibu yang sakit itulah alasan Quan belajar loncat indah.
Dalam konferensi pers minggu lalu, Quan mengatakan alasannya menjadi atlet.
"Ibu saya sakit. Saya tidak tahu apa penyakitnya karena saya tidak tahu bagaimana mengucapkan karakter huruf itu. Saya hanya ingin menghasilkan uang untuk mendapatkan pengobatan untuk ibu saya. Saya perlu menghasilkan banyak uang untuk menyembuhkan penyakitnya," ujar Quan.
Quan mulai belajar menyelam dan loncat indah di Sekolah Olahraga Zhanjiang, Guangdong, ketika ia berumur 7 tahun.
Ia berlatih 400 loncatan setiap hari.
Ia bergabung dengan tim nasional China kurang dari setahun yang lalu.