Penulis
Intisari-Online.com -Sudah ada satu variant of concern atau varian yang memprihatinkan dari virus corona Indonesia yang telah menyebar ke negara tetangga Malaysia.
Otoritas kesehatan di negara bagian Sarawak Malaysia bulan lalu mengidentifikasi tujuh kasus baru varian B.1.466.2, yang pertama kali diidentifikasi di Jakarta November lalu, seperti melansir abc.net.au, Sabtu (7/8/2021).
"Dua kasus varian Beta dan empat variant of concern Indonesia telah diidentifikasi di Kuching, di Sibu (2) dan satu kasus di Bintulu," kata Dr David Perera, Direktur Institute of Health and Community Medicine di Universiti Malaysia Sarawak.
Kepala Institut Biologi Molekuler Eijkman Jakarta mengatakan varian Indonesia sedang dipantau secara ketat.
Tapi dia menyangkal itu adalah variant of concern di bawah terminologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Bukan VOC atau VOI (variant of interest)," kata Profesor Amin Soebandrio kepada ABC.
"Namun, kita harus melihatnya dengan hati-hati."
Sementara itu, Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan tingginya tingkat positif di Indonesia, atau persentase orang yang dites positif COVID-19, serta sifat pandemi yang tidak terkendali, adalah tanda bahwa "super strain" baru dapat muncul di Indonesia.
"Ini hanya masalah waktu," kata Budiman.
Budiman menunjuk pengalaman flu burung di Indonesia pada tahun 2007 dan 2008 — ketika Indonesia memiliki "strain paling berbahaya di dunia pada waktu itu" — sebagai salah satu contoh.
"Bukan tidak mungkin. Mungkin saja terjadi di Indonesia," katanya.
Profesor Katzourakis setuju bahwa "tepat untuk memilih Indonesia sebagai kemungkinan hotspot" dan mengatakan "sangat masuk akal" untuk mengatakan varian yang lebih ganas muncul di tahun mendatang.
“Jika strain virulen baru muncul di Indonesia, atau tiba di Indonesia, itu bisa menantang Delta,” katanya.
Diketahui, sebelum pandemi Covid-19, Indonesia sempat dilanda satu pandemi yang mematikan yaitu virusflu burung (H5N1).
Saat itu, Siti Fadilah Supari (menteri Kesehatan Indonesia 2004-2009) dianggap telah sukses melawan virus flu burung di Tanah Air.
Saat diwawancarai oleh YouTuber Deddy Corbuzier, Siti menyebut bahwa Covid-19 sebenarnya tidak lebih mematikan jika dibandingkan dengan virus flu burung.
Dikutip dari kanal YouTube Deddy Corbuzier yang diunggah pada Rabu, 20 Mei 2020, Siti mengatakan, "Sebetulnya tidak terlalu berat seperti flu burung. Flu burung itu satu hari meninggal, dua hari meninggal, kalau ini (virus corona) masih banyak hari."
Ketika disinggung mengenai perlawanannya kepada WHO terkait penanggulangan flu burung saat itu, Siti mengaku telah berhasil melakukan reformasi kepada WHO.
Siti berujar, "Iya, karena WHO berhasil kita reformasi. Yang tadinya saya pandang bahwa WHO tidak adil terhadap negara-negara yang berkembang seperti kita, saya reformasi bahwa kita mempunyai kedudukan yang sama."
Siti juga menjelaskan bahwa pada saat WHO menawarkan vaksin untuk flu burung di Indonesia, dirinya menolak tawaran tersebut.
"Ya, tidak ada vaksin untuk flu burung, saya membuktikan tidak perlu vaksin," jelasnya.
Bahkan Siti juga membantah pernyataan WHO yang menyebut bahwa virus flu burung dapat menular.
Siti mengatakan, "Saya membuktikan bahwa virus flu burung tidak menular, pada waktu WHO sudah berkoar-koar mengatakan flu burung itu menular. Nggak mau, saya akan buktikan dan saya membuktikan virus saya tidak menular."
Siti menambahkan, "Begini, dia (WHO) merencanakan ada pandemik, kemudian saya bisa memotong 'No', nggak akan ada pandemik di sini. Tidak ada human to human transmission."
Siti juga mengakui bahwa dirinya tidak menghentikan virus flu burung di Indonesia dengan menggunakan vaksin, melainkan dengan politik.
"Stop lah flu burung. Saya stop flu burung tidak pakai vaksin tapi pakai politik," tambahnya.