Ternyata Dulu Ribuan Serdadu Swiss Masuk KNIL Terutama Era 1850-1869, Pakar Sejarah Sebut Swiss Terlibat Penjajahan di Indonesia

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Andreas Zangger, sejarawan Swiss, Pakar Hindia Belanda, mengungkapkan keterlibatan Swiss dalam era kolonialisme di Indonesia

Intisari-Online.com - Lama tidak terungkap, Swiss ternyata menyimpan masa lalu kelam di era kolonialisme dunia.

Salah satu tempat jajahannya bahkan banyak tersebar di Indonesia.

Bukan hanya datang sebagai pengusaha, namun Swiss juga salah satu pemasok tentara KNIL di Indonesia.

Kompas.com menemui Andreas Zangger, sejarawan khusus yang meneliti Kolonialisme Asia Tenggara.

Andreas membenarkan bahwa Swiss ikut menjajah Indonesia.

Baca Juga: Gejolaknya Tak Kunjung Mereda Sejak Direbut dari Belanda, Kisah Pembebasan Papua Oleh Jenderal Soeharto Ini Ungkap Sejarah Papua Sebelum Bersatu Dengan Indonesia

Sejak dahulu, Swiss sudah mencoba untuk mencari uang, tidak terkecuali di era kolonialisme.

Swiss dikenal juga sebagai penyuplai tenaga kerja di bidang ketentaraan.

Tidak terkecuali di dalam tubuh VOC.

Intinya, karena alasan perekonomianlah, Swiss mencari uang di luar negeri.

Selain di bidang ketentaraan, sebagai serdadu bayaran, Swiss juga mencari peluang dalam bidang industri tekstil.

Baca Juga: Timor Leste Dulunya Dihuni oleh 60 Kerajaan Kecil dan Sudah Berdagang dengan China serta India, Komoditi Dagang Ini Juga Menarik Penjajah

Mereka mencari bahan baku di sana, lalu kembali mengekspornya.

Namun usaha tekstil ini hanya berjalan tidak lama, kalah bersaing dengan batik cap yang lebih efisien dan murah.

Orang Swiss juga terlibat pada industri perkebunan setelah Belanda membuka investasi asing untuk perkebunan di Sumatera.

Abad 19-an, khususnya perkebunan tembakau, banyak orang Swiss terlibat.

Di Zurich ada peninggalan bersejarah sehubungan dengan industri tembakau, namanya Villa Patumbah.

Baca Juga: Padahal Dijajah Portugis Selama 4 Abad Lamanya, Timor Leste Malah Memujanya Sebagai Teman Dekat, Sampai-Sampai Memperlakukan 'Bekas Penjajahnya' Seistimewa Ini

Sejarah perkebunan tembakau zaman itu bukan zaman yang indah untuk Indonesia.

Masa eksploitasi untuk rakyat setempat. Industri tembakau ini sangat menjanjikan, sehingga investor Belanda sendiri juga ikut bermain disana.

Pengusaha Swiss mulai terdesak dan akhirnya mencari alternatif lain, yakni perkebunan kopi dan karet.

Kendati demikian, investor Swiss tetap disukai oleh Belanda ketimbang investor dari Inggris, yang saat itu juga menjadi negara imperialis, sebuah ancaman bagi Belanda.

Baca Juga: Getol Lakukan Gerakan Separatis Demi Lepas dari Indonesia, Siapa Sangka Bendera KKB Papua Ini Ternyata Buatan Negara 'Bekas' Penjajah Indonesia Ini, Rupanya Begini Filosofinya

Namun, pengusaha Swiss yang ikut kolonialisme cenderung sedikit.

Justru yang agak besar itu adalah serdadu bayaran Swiss.

Mereka masuk dalam KNIL dalam jumlah ribuan, terutama di era 1850 hingga 1860.

Belanda lebih suka merekrut tentara Eropa ketimbang melatih tentara pribumi, yang dikhawatirkan memberontak seperti di India.

Swiss memang tidak memiliki tanah jajahan, tapi terlibat dalam kolonialisme, yang merupakan proyek masyarakat Eropa.

Swiss ikut di dalamnya dan memperoleh keuntungan. Masyarakat Eropa saat itu menganggap dirinya lebih unggul dan negara lain dijadikan jajahannya.

Swiss terlibat sebagai serdadu bayaran, pengusaha dan juga misionaris.

Baca Juga: Nafsu Menggebunya untuk Jadi Presiden Ditolak Rakyat Papua dan Diabaikan Australia, Benny Wenda Kini Malah Mengemis Dukungan dari Negara Penjebak Negara Miskin Ini

Meski begitu, masyarakat Swiss sendiri tidak banyak tahu bahwa mereka pernah menjadi penjajah. Selama ini yang terkenal sebagai penjajah kan Belanda, Perancis, Jerman atau Belgia.

Namun Andreas mengatakan bahwa lambat laun mereka akan mengetahui juga, lambat laun akan sadar juga.

(*)

Artikel Terkait