Find Us On Social Media :

Agen Mata-mata Israel 'Mossad' di Pusaran Perselingkuhan Bill Clinton dan Monica Lewinsky, Sosok Ini Bahkan Menuding Israel Dalangnya Kematian Putri Diana

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 4 Agustus 2021 | 09:00 WIB

Bill Clinton dan Monica Lewinsky (1997)

Menurut Halper, selama penyelidikan khusus oleh Penasihat Independen Kenneth Starr "Lewinsky mengatakan kepada jaksa penuntut bahwa Clinton berujar "mereka tahu panggilan telepon mereka sedang dipantau selama ini, sehingga adegan panas hanya pura-pura."

Halper menambahkan klaim naratif oleh tim pendukung hukum Lewinsky bahwa “mereka menemukan bukti bahwa Inggris, Rusia, dan Israel semuanya telah menyadap gelombang mikro dari atas Gedung Putih.”

Halper juga menawarkan bukti memoar mantan presiden Rusia Boris Yeltsin, yang menulis bahwa intelijen Rusia telah memergoki "kegemaran Clinton terhadap wanita muda yang cantik."

Ancaman Netanyahu, menurut Halper, mendorong Clinton untuk mempertimbangkan tindakannya.

Halper mengklaim bahwa Clinton membawa permintaan itu ke hadapan direktur CIA George Tenet.

Baca Juga: Saddam Hussein Licin bak Belut, Agen Spionase Israel Nadav Zeevi hingga Berencana Menguntit Gundik Saddam Hussein dalam Upaya Pembunuhan Sang Diktator

Tenet, bagaimanapun, mengancam akan mengundurkan diri dari posisinya jika Pollard dibebaskan, dan Clinton mundur dari gagasan itu.

Halper bukanlah orang pertama yang mengklaim bahwa Israel secara tidak sah merekam percakapan panas antara Clinton dan Lewinsky dan mencoba memanfaatkannya.

Pada tahun 1999, penulis Inggris Gordon Thomas mengklaim bahwa Mossad telah mengumpulkan sekitar 30 jam percakapan telepon cabul antara Lewinsky dan Clinton dan menggunakannya untuk memeras AS.

Thomas juga mengklaim bahwa Mossad berada di balik kematian Putri Diana, Robert Maxwell, William Buckley, dan 241 Marinir yang tewas dalam ledakan barak tahun 1983 di Lebanon.

Pada saat itu, juru bicara Netanyahu menggambarkan tuduhan Thomas sebagai "omong kosong yang tak tanggung-tanggung."

(*)