Penulis
Intisari-Online.com - Varian Delta yang pertama kali ditemukan di India menyebar ke ratusan negara lainnya.
Di Asia-Afrika selama empat minggu terakhir, Varian Delta pun menjadi salah satu penyebab peningkatan 80 persen kematian akibat Covid-19.
Berbicara mengenai Varian Delta, WHO mengatakan bahwa varian virus corona yang satu ini merupakan peringatan kepada dunia untuk segera menghentikan virus ini.
WHO menekankan, jangan sampai virus ini bermutasi lagi dan semakin parah.
Melansir 24h.com.vn (31/7/2021), hal tersebut diungkapkan Michael Ryan, Direktur Program Kedaruratan Kesehatan WHO dalam konferensi pers, Jumat kemarin.
“Delta adalah peringatan bahwa virus masih terus
"Ini juga merupakan seruan bagi kita untuk bertindak sekarang, sebelum varian yang lebih berbahaya muncul," katanya.
Sementara itu, direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menambahkan, bahwa sejauh ini sebanyak empat varian yang mengkhawatirkan telah muncul -dan akan lebih banyak lagi, selama virus terus menyebar.
Menurut Tedros, rata-rata jumlah kasus telah meningkat sebesar 80% dalam empat minggu terakhir di lima dari enam wilayah WHO.
Mski varian Delta telah membuat banyak negara kesulitan, menurut Ryan, langkah pencegahan epidemi sejauh ini masih efektif.
Menurutnya, langkah-langkah seperti yang sudah dilakukan selama ini akan membantu mengendalikan virus.
Namun, perlu dilakukan usaha yang lebih keras dari sebelumnya.
“Ini termasuk menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari tempat yang tertutup, berventilasi buruk, dan tempat ramai untuk waktu yang lama," katanya.
"Virus telah beradaptasi lebih baik, dan menyebar lebih cepat.
"Rencana kami masih berhasil, tetapi kami harus bekerja lebih keras dari sebelumnya," ungkapnya.
Sementara itu, WHO terus menyerukan distribusi vaksin yang lebih merata di seluruh dunia.
Hingga saat ini, lebih dari empat miliar dosis vaksin telah diberikan secara global. Di negara-negara yang diklasifikasikan oleh Bank Dunia sebagai berpenghasilan tinggi, ada 98 dosis vaksin untuk setiap 100 orang. Jumlah ini turun menjadi 1,6 dosis per 100 orang di 29 negara berpenghasilan terendah.
“Tidak ada peluru emas atau peluru perak. Tidak ada sihir juga. Satu-satunya keajaiban yang kita miliki adalah vaksinasi.
"Masalahnya adalah kita tidak membaginya secara merata di seluruh dunia," kata Ryan.
(*)