‘Menyenangkan Dapat Tetap Hidup’, Sesal Datang Ketika Terpapar Covid-19, Kisah Pria Tolak Vaksin Hanya Karena Alasan-alasan Seperti Ini

K. Tatik Wardayati

Penulis

(ilustrasi) Pasien Covid-19

Intisari-Online.com – Penyesalan datang ketika terpapar Covid-19, pria ini sebelumnya menolak vaksin karena termakan berita hoaks.

Tidak hanya di Indonesia, rupanya jumlah pasien yang dirawat karena Covid-19 di Bradford Royal Infirmary di Inggris pun meningkat tajam belakangan ini.

Namun, mereka kini menyesali karena diketahui setengah dari jumlah pasien di rumah sakit itu memilih untuk tidak mengikuti program vaksinasi.

"Saya ditawari vaksin, tapi saya bersikap arogan," kata Faisal Bashir, 54 tahun.

Baca Juga: Bak Telan Ludah Sendiri, China yang Sudah Punya Vaksin Sendiri Justru Bakal Gunakan Vaksin Pfizer untuk Negaranya, Mengapa?

"Saya pergi ke gym, bersepeda, berjalan kaki, dan berlari. Karena saya kuat dan sehat, saya pikir saya tidak membutuhkan vaksin. Jika ternyata pilihan itu tidak aman, saya tidak akan mengambil risiko apa pun. Namun faktanya, saya tidak dapat menghindari virus itu. Virus itu masih menyerang saya. Saya tidak tahu bagaimana atau di mana," kata Bashir.

Setelah dipasangi selang oksigen selama seminggu di rumah sakit, Bashir dipulangkan hari Rabu lalu.

Dia mengaku dipengaruhi percakapan di media sosial dan berita risiko pembekuan darah yang sangat rendah akibat vaksin AstraZeneca.

Tapi sekarang dia ingin memperingatkan orang lain untuk tidak mengulangi kesalahannya.

Baca Juga: Namanya Bahkan Tak Pernah Disebut WHO, Vaksin Covid-19 yang Dibuat Negara Komunis Ini Malah Disebut Ampuh 100 Persen Mencegah Kematian, Vaksin Abdala Namanya

"Apa yang saya alami di rumah sakit, yaitu perawatan dan keahlian para tenaga medis, membuat hati saya luluh," katanya.

"Orang-orang memenuhi rumah sakit karena mengambil risiko tidak divaksin dan itu salah.“

"Saya merasa tidak enak. Saya merasa sangat menyesal dan berharap dengan angkat bicara, saya dapat membantu orang lain menghindari kesalahan ini," kata Bashir.

Covid-19 menyasar orang yang tidak divaksin

"Sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. Saya berhenti menanyakan alasan mereka karena mereka jelas malu," kata dokter Abid Aziz, setelah menjenguk dan memeriksa para pasien selama enam jam kerja yang melelahkan.

Jumlah pasien Covid-19 pada bulan Juni lalu di rumah sakit Inggris turun menjadi satu digit untuk pertama kalinya sejak musim panas.

Namun, pekan ini jumlahnya menuju 50 orang seiring penyebaran varian Delta.

Ini mencerminkan peningkatan kasus di masyarakat Inggris, yang naik sepertiga hanya dalam minggu lalu, menjadi hampir 400 kasus positig per 100.000 orang.

Kaum muda adalah yang mendorong kenaikan kasus ini, karena kasus positif di kalangan remaja mencapai 750 per 100.000 orang.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 yang Punya Tingkat Efektivitas 100 Persen Ini Resmi Masuk Indonesia, Jangan Senang Dulu, Kenali Efek Jika Disuntikkan Vaksin Ini

Situasi yang sama terjadi di antara mereka yang berusia 20-tahun.

Beberapa dari mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, pasien yang ada sekarang rata-rata lebih muda daripada gelombang sebelumnya yang didominasi orang dengan usia 30-an dan 40-an.

"Beberapa pasien telah menerima dua dosis vaksin dan mengalami penyakit yang lebih ringan. Mereka bertahan hidup dengan Cpap (ventilasi non-invasif dengan oksigen). Tanpa vaksin mereka mungkin akan mati," kata dokter Abid Aziz.

Pasien yang lain baru saja mendapatkan dosis vaksin pertama sehingga tidak sepenuhnya terlindungi dari virus corona.

"Yang mengkhawatirkan, sekitar setengah dari pasien di bangsal hari ini belum divaksin. Saya berhenti bertanya mengapa, karena mereka jelas malu."

"Menyenangkan dapat tetap hidup"

Abderrahmane Fadil, guru IPA berusia 60 tahun yang memiliki dua anak kecil, juga menyayangkan keputusannya tidak mengikuti vaksinasi.

Dia berpikir dua kali untuk divaksin karena vaksin dia anggap ditemukan dalam waktu cepat.

Sekitar tiga perempat dari populasi orang dewasa di Bradford telah mendapatkan dosis pertama vaksin, sementara persentase nasional di Inggris mencapai 87%.

Baca Juga: Kabar Gembira! Salah Satu Vaksin Covid-19 yang Digunakan di Indonesia Ini Terbukti Beri Perlindungan Seumur Hidup Dari Virus Corona, Ini Hasil Penelitian Terbarunya

Fadil berakhir dalam perawatan intensif selama sembilan hari. Ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan malam di rumah sakit sejak pindah dari Maroko pada tahun 1985.

"Sangat menyenangkan untuk hidup," katanya.

"Istri saya divaksin. Saya tidak. Saya menolak. Saya memberi diri saya waktu, saya berpikir bahwa dalam hidup saya, saya hidup dengan virus, bakteri, dan saya pikir sistem kekebalan saya cukup baik.

"Dan saya memiliki gejala Covid-19 pada awal pandemi dan berpikir mungkin saya mengidapnya. Saya pikir sistem kekebalan saya akan mengenali virus dan saya akan memiliki pertahanan.”

"Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidup saya. Keputusan itu hampir mengorbankan hidup saya. Saya telah membuat banyak keputusan konyol dalam hidup saya, tetapi ini adalah yang paling berbahaya dan serius," ujarnya.

Setelah hampir sebulan yang lalu meninggalkan rumah sakit, Fadil hingga sekarang kondisinya masih belum sehat.

"Saya berharap saya bisa pergi ke setiap orang yang menolak untuk mendapatkan vaksin dan memberi tahu mereka, 'Lihatlah, ini masalah hidup atau mati. Apakah Anda ingin hidup atau mati? Jika Anda ingin hidup, pergi dan dapatkan vaksinnya.'" (Ardi Priyatno Utomo) Baca Juga: Diklaim Lebih Ampuh Lawan Varian Baru dengan Efikasi Hingga 100 Persen, Kenali Kelebihan dan Efek Samping Vaksin Covid-19 Pfizer Ini

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait