Penulis
Intisari-online.com -China mengklaim jika jet tempur J-20 mereka setara dengan jet tempur AS F-22 bahkan lebih unggul.
Dalam wawancara tahun 2014 dengan Chinese Phoenix TV, Song Zhongping, mantan pejabat di pasukan rudal China, Second Artillery, mengklaim jika China tidak akan mengekspor J-20.
China khawatir teknologi generasi kelima mereka bisa jatuh ke tangan yang salah.
Song mengatakan bahwa kecuali AS menjual F-22 kepada sekutu mereka, tidak ada gunanya China menjual J-22 kepada sekutu China.
Song berargumen karena AS hanya menyediakan sekutunya jet tempur di bawah F-22, yaitu F035, maka China hanya akan menjual FC-31 ke sekutu-sekutunya, yang dianggap berkekuatan sama dengan F-35.
Obsesi J-20 China
Sejauh ini ada 2 alasan mengapa China tidak ingin menjual J-20 mereka ke pasar internasional.
Satu, China takut teknologi generasi kelima akan jatuh ke tangan yang salah dan ditiru.
Kedua, Beijing ingin menghindari perlombaan senjata dalam teknologi generasi kelima antara sekutu mereka dan sekutu AS.
Sementara dua faktor ini memiliki beberapa pengaruh dalam keputusan China tidak mengekspor J-20, ada alasan lebih praktis yang tidak dikatakan Beijing.
Ternyata alasannya cukup memalukan, yaitu jet tempur mereka tidak laku.
Industri militer China memiliki peminat yang sedikit meskipun sudah melakukan penelitian pertahanan secara masif.
Tahun 2020 saja, ekspor senjata global China terhitung hanya 5.2% dari total perdagangan senjata internasional.
China-Pakistan JF-17
Melansir eurasiantimes.com, sampai FC-31 memasuki layanan penuhnya, dalam 3 tahun ke depan China akan menggunakan JF-17 sebagai produk utama untuk diekspor.
JF-17 adalah jet tempur generasi keempat, mesin tunggal ringan, jet tempur multiperan yang dikembangkan bersama oleh Chengdu Aircraft Corporation China dan Aeronautical Complex Paksitan.
Meskipun sudah dipasarkan selama 10 tahun, JF-17 tidak mendulang kesuksesan besar.
Terpisah dari yang digunakan Angkatan Udara Paksitan yang mengoperasikan 138 jet tempur itu, pelanggan lainnya hanyalah Myanmar.
Myanmar terpaksa membeli dari China karena mereka berada di bawah sanksi internasional dan tidak bebas membeli senjata Barat.
Myanmar memiliki 7 unit, kemudian pelanggan lainnya adalah Nigeria dengan 3 unit.
Dibanderol 60 juta Dolar AS (Rp 870 miliar) untuk versi paling mutakhir, JF-17 terbilang lebih murah daripada jet tempur generasi keempat lainnya yang ditawarkan oleh pabrik Eropa dan Rusia seperti Dassault Rafale Perancis dan Su-35 Rusia.
Selain lebih murah, biasanya China juga menawarkan pembayaran lebih fleksibel misal dengan kredit atau perdagangan barter.
Contohnya, Venezuela dilaporkan mendapatkan pesawat transportasi China, 8 unit Shaanxi Y-8, untuk ditukar dengan minyak.
Namun meskipun sudah murah dan dengan berbagai model pembayaran, China kesulitan menjual jet tempur mereka.
Fakta dari masalah ini adalah dunia tidak yakin dengan kualitas jet tempur China.
Oleh sebab itu hanya negara-negara di bawah sanksi dan dari sumber terbatas akan beli dari China.
Meskipun China telah membuat perkembangan teknologi canggih di dunia aviasi, dunia belum yakin.
Itulah sebabnya klaim Song bahwa China tidak akan mengekspor J-20 karena takut teknologinya dicuri negara lain hanyalah aksi publikasi untuk penduduk lokal.
Dengan menolak mengekspor J-20, China berupaya menempatkan J-20 dalam tingkat teknologi yang sama dengan F-22.
Namun kebanyakan analis sepakat jika teknologi J-20 tidak sampai dengan F-22 atau bahkan F-35.
FC-31
Kemudian karena dikatakan China hanya akan mengekspor FC-31, China mencoba meyakinkan bahwa FC-31 setara dengan F-35.
Sedangkan F-35 adalah cerita komersial sukses meskipun mengalami penundaan produksi, dengan 665 pesawat saat ini beroperasi di 15 negara dan akan ada lebih banyak pesanan lagi.
Juni kemarin, F-35 mengalahkan Dassault Rafale Perancis dan Eurofighter untuk dipilih sebagai jet tempur baru Angkatan Udara Swiss dalam kontrak senilai USD 6.5 miliar (Rp 94 triliun).
Masih diragukan apakah FC-31 memiliki keunggulan serupa.
China sudah terkenal bahwa pesawat tempur mereka bergantung pada teknologi mesin terbalik Rusia dan teknologi curian dari AS.
J-20 dan FC-31 juga memiliki teknologi Rusia dan tidak dapat diekspor tanpa persetujuan Rusia, setidaknya lewat teori.
Hal itu membuat banyak yang bertanya, mengapa tidak langsung saja membelinya dari Rusia?
China juga diragukan karena selama 20 tahun China membeli 24 jet tempur Su-35 Rusia, padahal mereka mengklaim jet tempur mereka setingkat dengan F-22 dan F-35.