Penulis
Intisari-online.com -Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sempat menguasai beberapa wilayah di Papua, antara lain Nduga, Puncak, dan masih banyak lagi.
Kini mereka sudah berhasil dihalau dengan baik.
Namun kondisi masih kurang kondusif.
Kabupaten Puncak berlokasi di kawasan Pegunungan Tengah Provinsi Papua.
Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Puncak Jaya, dengan jumlah penduduk 175.901 jiwa.
Kabupaten berada di ketinggian 1.500-4.000 meter di atas permukaan laut.
Akses masuk kabupaten ini hanya bisa lewat jalur udara dari Kota Timika, atau Nabire, selama 25 menit menggunakan pesawat jenis caravan.
Kabupaten itu terdiri dari 25 distrik dan 206 kampung, dengan luas wilayah 8.055 kilometer persegi.
Kabupaten Puncak menjadi daerah dengan ekonomi termahal di Indonesia, sampai akhirnya Bupatinya, Willem Wandik, berhasil membuat masyarakat bisa merasakan BBM.
Namun, pembangunan tersebut hancur lebur akibat KKB Papua.
Sudah sejak tahun 2019, situasi Kabupaten Puncak tidak kondusif.
Willem Wandik mengakui itu.
“Puncak belum kondusif,” ucapnya dalam rilis yang diterima, Jumat (16/7/2021) sore dikutip dari Tribun Papua.
Ia meneruskan banyak masyarakat mengungsi karena trauma atau dihantui rasa takut yang mendalam.
“Situasi belum kondusif, masyakat bagaimana mau aktivitas seperti sedia kala kalau tidak aman,” bebernya.
Ia pun menjelaskan hingga saat ini, layanan pemerintahan baik pendidikan, kesehatan lumpuh total, termasuk perekonomian.
“Bangunan sekolah dibakar, puskesmas dirusak, bagaimana mau jalan, semua tenaga pengajar dan kesehatan takut,” jelasnya.
Ia berharap semua pihak untuk saling menghargai satu sama lainnya, demi kemajuan yang diimpikan selama ini.
“Kalau tidak ada kontak dan semua saling mengharga untuk pembangunan dari segara sisi, maka kita bisa bersaing dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia,” jelasnya.
Ia bingung mau mengadu kepada siapa.
“Saya mau mengeluh ke mana lagi. Negara saat ini sedang berpikir dalam penanganan wabah Covid-19,” bebernya.
Ia juga merasa kecewa.
Pasalnya pembangunan yang ia laksanakan selama menjabat 8 tahun sebagai Bupati sirna begitu saja.
Hilang sudah waktu, biaya dan pikiran.
“Siituasi keamanan seperti ini menyebabkan semua harus dimulai dari NOL lagi,” jelasnya.
Ia mencontohkan kerugian karena pembakaran eksavator oleh KKB Papua.
“Eksavator yang dibakar KKB harganya Rp.1,8 M, itu di Jayapura, sementara sampai di Ilaga Puncak, Rp.6 M,” cetusanya.
Kader PDIP Pejuangan Provinsi Papua ini pun meminta dukungan dan doa semua pihak agar masalah yang dihadapi Pemerinta Puncak cepat berlalu.
"Kita bisa keluar dari ketertinggalan, keterisolasian, kemahalan, jika kondisi di Puncak aman dan kondusif, Ini yang saya minta untuk semua yang berkepentingan di Puncak, "tuturnya.