Penulis
Intisari-Online.com -Beberapa masyarakat Indonesia pernah atau bahkan menunda dirinya untuk mendapat vaksinasi Covid-19 demi mendapatkan vaksin dengan efikasi yang lebih baik.
Mereka pun menolak untuk diberi suntikan vaksin Sinovac yang memiliki efikasi paling rendah di antara vaksin-vaksin yang lain.
Apalagi, vaksin Sinovac sendiri juga sampai tidak diakui di beberapa negara seperti di Singapura.
Di Thailand, keraguan akan efektivitas vaksin Sinovac sampai membuat pemerintah memilih 'trend berbahaya'.
Pemerintah Thailand pada akhirnya memilih untuk menggabungkan vaksin Sinovac dengan vaksin AstraZeneca.
Alasan mereka mewakili ketakutan sebagian besar masyarakat dunia, yaitu ketakutan akan ganasnya varian Delta.
Jadi, di Thailand, masyarakat akan mendapatkan dosis pertama vaksin menggunakan Sinovac, sementara dosis kedua menggunakanvaksin AstraZeneca.
"Jarak pemberian kedua vaksin itu sekitar tiga sampai empat pekan," ujarMenteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, dikutip BBC dari stasiun televisi Channel News Asia.
Kemampuan vaksin Sinovac dalam menghadapi virus corona, terutama varian Delta memang diakui sangat rendah.
Bahkan di Brasil, vaksin Sinovac sudah dipastikan kurang efektif melawan varian Gamma yang pertama kali terdeteksi di negara tersebut.
Para peneliti di Universitas Campinas Brasil, melalui studi kecilnya, menemukan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Sinovac bekerja kurang baik dalam menghadapi varian Gamma.
Namun, tentu saja, khusus untuk di Indonesia, masyarakat masih berjibaku menghadapi hantaman varian Delta asal India.
Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk rekor 54.517 kasus pada Rabu (14/7/2021), diyakini sebagian besar pakar dipicu oleh varian Delta.
Sinovac, yang mendominasi sebagian besar vaksin Covid-19 di Indonesia pun kemudian menjadi bulan-bulanan cercaan warganet.
Memang, menurut para ahli, di Indonesia saat ini hanya ada dua vaksin yang mampu menghadapi varian Delta.
Vaksin pertama adalah AstraZeneca yang menggunakan vektor virus simpanse yang kekuranagn replikasi.
Data dari Public Health England (PHE) menyebutkan bahwa vaksin AstraZeneca sanggup meningkatkan perlindungan tingkat tinggi terhadap varian Delta, yaitu mencapai 92 persen.
Sementara vaksin kedua yang dianggap cukup andal hadapi varian Delta adalah Pfizer-BioNTech.
Sebuah studi dari PHE menunjukkan bahwa suntikan dua dosis vaksinPfizer-BioNTech efektif mencegah rawat inap pada pasien yang terinfeksi varian Delta.
Jumlah pasien yang terhindar dari rawat inap dan kematian namun telah menerima dua dosis vaksin tersebut mencapai 96%.
Sebuah angka yang luar biasa yang membuat kabar akan datanganya 50 juta dosis vaksin Pfizer disambut dengan gembira oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Ya, seperti diketahui,Kementerian Kesehatan dan PT Pfizer Indonesia dan BioNTech SE telah mencapai kesepakatan terkait pengiriman 50 juta dosisvaksin Pfizer yang dinamakan BNT 162b2 sepanjang tahun 2021.
Saya ucapkan terima kasih atas kerja samanya dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia. Dengan bertambahnya stok vaksin 50 juta dosis merek Pfizer ini diharapkan dapat mempercepat pelaksanaan vaksinasi di Indonesia,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin,dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, Kamis (15/7/2021).
Namun, kegembiraan masyarakat Indonesia seiring dengan datangnya vaksin Pfizer bisa jadi akan segera meredup.
Sebuah laporan yang disampaikan oleh Israel menyebut bahwa vaksin Pfizer-BioNTech kini telah mengalami penurunan efektivitas.
Pada Juni lalu, Kementerian Kesehatan Israel melaporkan bahwa efikasi dari vaksinPfizer-BioNTech dalam mencegah infeksi dan penyakit bergejala telah turun jauh.
Jika pada bulan Mei vaksinPfizer-BioNTech memiliki efikasi 95%, kini vaksin tersebut hanya memiliki efikasi sebesar 64%.
Sebuah angka yang sangat kecil. Bahkan jika dibandingkan dengan vaksin Sinovac yang selama ini telah menjadi 'kambing hitam' lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, khususnya pada para tenaga kesehatan.
Bayangkan, seperti diberitakankompas.com pada 18 Januari 2021, hasil uji klinis fase ketiga di Indonesia dari vaksin Sinovac atau Coronavac adalah 65,3%.
Sangat rendah memang. Tapi kini justru malah sedikit lebih baik dibandingkap vaksin Pfizer yang selama ini begitu dibanggakan, dan juga dinantikan masyarakat Indonesia.