Penulis
Intisari-Online.com – Ramai dibicarakan ketidakefektifan vaksin China, pantas saja negara-negara Teluk ini smapai siapkan dua vaksin terbaik usai warganya disuntuk vaksin China.
Dinyatakan bahwa ada bahaya mengintai 6 bulan setelah vaksinasi dilakukan, ada apa gerangan?
Indonesia dan Thailand rupanya sedang mempertimbangkan untuk memberikan suntikan booster kepada tenaga medis yang sudah diberikan vaksin Covid-19 Sinovac.
Sebuah langkah yang mungkin akan mengurangi kepercayaan publik terhadap produk China yang telah menjadi alat inokulasi utama mereka.
Beberapa negara Teluk, termasuk Turki dan Uni Emirat Arah bahkan sudah mulai memperikan suntikan booster kepada mereka yang diinokulasi dengan vaksin China.
Ini dilakukan di tengah kekhawatiran bahwa vaksin China tersebut tidak efektif terhadap varian virus corona baru yang lebih menular.
Namun, tantangan yang dihadapi negara-negara di Asia Tenggara jauh lebih besar.
Banyak negara di kawasan ini yang sangat bergantung pada vaksin China karena ketatnya pasokan produk Barat, dan memiliki tingkat vaksinasi yang rendah kurang dari 10%.
Negara-negara ini juga tengah berjuang memecahkan rekor dalam kasus dan kematian baru, yang disebabkan oleh varian Delta yang sangat menular.
Sementara, infeksi di antara tenaga medis semakin meningkat meskipun telah divaksinasi penuh dengan suntikan Sinovac (SVA.O), sehingga meregangkan sistem perawatan kesehatan yang sudah tipis.
"Banyak dokter dan tenaga medis yang sudah dua kali divaksinasi, namun mengalami gejala sedang dan berat, bahkan meninggal dunia," kata Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia Slamet Budiarto kepada DPR, melansir Reuters (8/7/2021).
Di Indonesia, jutaan tenaga medis telah divaksinasi dengan suntikan Sinovac, namun ribuan dari mereka sekarang dinyatakan positif Covid-19.
"Sudah saatnya tenaga medis mendapatkan booster ketiga untuk melindungi mereka dari dampak varian baru yang lebih ganas dan mengkhawatirkan," kata Melki Laka Lena, wakil ketua komisi parlemen yang mengawasi kesehatan.
Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, mengatakan sedang menunggu rekomendasi dari kelompok penasihat imunisasi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang penggunaan suntikan booster.
Sementara itu, beberapa data dunia secara nyata menunjukkan vaksin Sinovac efektif terhadap rawat inap dan kasus Covid-19 yang parah, namun belum ada data terperinci tentang efektivitasnya terhadap varian Delta, yang pertama kali diidentifikasi di India.
Thailand, yang mengharapkan untuk menerima sumbangan 1,5 juta suntikan Pfizer-BioNtech (PFE.N), (22UAy.DE) dari Amerika Serikat akhir bulan ini, berencana untuk menggunakannya untuk menyuntik 700.000 tenaga medisnya, yang sebagian besar sudah menerima dua kali suntikan Sinovac.
Rencana itu, menurut Udom Kachintorn, pejabat kesehatan senior, ditujukan untuk meningkatkan kekebalan, karena varian Delta meningkatkan beban kasus dan sejumlah tenaga medis yang telah divaksinasi penuh dengan Sinovac pun terinfeksi.
Sebuah dokumen kementerian kesehatan Thailand yang bocor, menunjukkan bahwa pemerintah khawatir tentang langkah tersebut mengirimkan sinyal yang salah kepada publik, karena mengakui bahwa vaksin Sinovac tidak efektif.
Melansir dari kompas.com (3/5/2021), efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac yang disebut CoronaVac, berdasarkan uji klinis fase 3 di Indonesia, menunjukkan efikasi vaksin Covid-10 ini sebesar 65,3 persen.
"Pasti akan berdampak pada kepercayaan terhadap vaksin," kata Dicky Budiman, ahli epidemiologi di Griffith University Australia.
"Vaksin itu tidak selalu tidak efektif, tetapi kemanjurannya menurun setelah enam bulan. Itu prediksi saya," katanya, merekomendasikan pihak berwenang untuk mempertimbangkan suntikan booster sebagai solusi dan mengomunikasikan masalah ini kepada publik.
Sementara itu, negara-negara di Teluk, seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain bahkan telah menyediakan vaksin virus corona Pfizer/BioNTech (PFE.N), sebagai suntikan booster bagi mereka yang awalnya divaksinasi dengan vaksin yang dikembangkan oleh China National Pharmaceutical Group (Sinopharm).
Negara ini telah memberikan vaksinasi pada sebagian besar penduduknya, pada awalnya mulai menginokulasi penduduk dan warga negara dengan suntikan Sinopharm Covid-19 sebelum kemudian memperkenalkan vaksin lain.
Bahrain saat ini memerangi gelombang infeksi terbesarnya, sementara UEA mencatat hampir dua kali lebih banyak kasus Covid-19 dibandingkan tujuh bulan lalu.
Di Abu Dhabi, ibu kota UEA, suntikan booster tersedia enam bulan setelah suntikan kedua diberikan, kata seorang perwakilan dari Mubadala Health, bagian dari dana negara.
Vaksin yang berbeda dapat diberikan sebagai suntikan booster tetapi itu menjadi kebijaksanaan penerima dan profesional kesehatan tidak membuat rekomendasi, kata perwakilan tersebut.
Baca Juga: Inilah Sederet Fakta tentang Vaksin Covid-19 untuk Anak di Indonesia, Apa Saja?
Abu Dhabi telah menawarkan suntikan Sinopharm kepada masyarakat umum sejak Desember dan mulai menggunakan vaksin Pfizer/BioNTech pada bulan April.
Juga telah menawarkan dosis Sinopharm ketiga sejak setidaknya bulan lalu setelah ditemukan bahwa suntikan itu tidak menciptakan antibodi yang cukup untuk beberapa penerima.
Di Bahrain, perwakilan pemerintah juga mengatakan bahwa mereka yang memenuhi syarat dapat menerima dosis booster vaksin Pfizer/BioNTech atau Sinopharm terlepas dari vaksin mana yang telah mereka ambil.
"Pemerintah tidak merekomendasikan suntikan booster mana yang dipilih," kata mereka.
Bahrain melihat puncak infeksi harian bulan lalu di sekitar 3.000.
Sementara, UEA saat ini melaporkan sekitar 2.000 kasus per hari, turun dari puncak Februari 3.977 tetapi sekitar dua kali lipat dari yang dilaporkan pada awal Desember.
Ada kekhawatiran tentang kemanjuran vaksin Sinopharm, yang diberikan persetujuan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei, karena terbatasnya data klinis yang dipublikasikan.
Vaksin China Sinopharm ini 78,1% efektif melawan gejala Covid-19, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal medis JAMA.
Namun, para peneliti mengatakan data dari penelitian, yang dilakukan di negara-negara termasuk UEA dan Bahrain, tidak cukup untuk orang tua dan mereka yang memiliki penyakit kronis.
The Wall Street Journal pada hari Kamis mengutip wakil menteri kesehatan Bahrain Waleed Khalifa Al Manea yang mengatakan bahwa vaksin Sinopharm memberikan perlindungan tingkat tinggi.
Namun, kepada mereka di Bahrain yang berusia lebih dari 50 tahun, mengalami obesitas atau memiliki penyakit kronis, dianjurkan untuk mengambil suntikan booster Pfizer enam bulan setelah menerima dosis Sinopharm kedua mereka.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari