Penulis
Intisari-online.com -Revolusi menjadi titik balik suatu negara, dari pemerintahan kerajaan atau monarki berubah menjadi pemerintahan republik.
Revolusi biasanya digerakkan oleh pergerakan rakyat yang muak dengan kerajaan.
Salah satu revolusi paling diingat sepanjang masa adalah Revolusi Perancis, kala rakyat Perancis menuntut raja mereka, Louis XVI, dan ratunya, Marie Antoinette, untuk digulingkan.
Antara tahun 1700 dan 1789, populasi Perancis meningkat dari 18 juta menjadi 26 juta, pengangguran di mana-mana, dan harga pangan meroket disebabkan bertahun-tahun gagal panen.
Stress sosial menyebar menyebabkan terjadinya Revolusi Perancis, kemudian Raja Louis XVI dipenggal, menyebabkan Marie Antoinette menjadi janda.
Mengutip pbs.org, rakyat Perancis berang dengan raja dan ratu mereka karena Raja Louis XVI gagal membangun ekonomi yang makmur dan Ratunya gagal menghasilkan keturunan.
Raja Louis XVI digambarkan tidak tertarik dalam pemerintahan, dan Marie Antoinette digambarkan menjadi ratu yang gila pesta.
Rakyat merasa tidak disejahterakan oleh pemimpin mereka dan raja dan ratu mereka sibuk bersenang-senang.
Bahkan oleh tokoh-tokoh Revolusi Perancis, Marie Antoinette digambarkan sebagai monster yang memiliki hubungan senggama yang liar, tidur di tumpukan uang dan mandi dengan tangisan warga miskin.
Ia menjadi musuh publik karena digambarkan boros, menyukai kehidupan yang glamor.
Namun penggambaran media dan tokoh Revolusi Perancis saat itu tidaklah sepenuhnya tepat.
Menurut ranker.com, Marie Antoinette sesungguhnya ratu yang merakyat, jauh dari kata-kata keji, tidak memedulikan rakyat.
Baca Juga: Marie Antoinette, Ratu Perancis yang Paling Dibenci dan Dihukum Penggal di Hadapan Rakyatnya Sendiri
Ia mencintai anak-anak kecil dan mengadopsi beberapa anak kecil selama masa kekuasaannya.
Ia dan suaminya, Louis XVI sesungguhnya cukup dermawan.
Marie Antoinette bahkan sering mengunjungi keluarga miskin dan menyediakan bantuan keuangan.
Ia juga membangun rumah untuk ibu-ibu yang tidak menikah.
Sedangkan menurut Biography.com, kisah Marie Antoinette lebih menyedihkan lagi.
Ia lahir di Wina, Austria, anak dari Kaisar Francis I, sedangkan ibunya, Maria Theresa yang menjadi ratu setelah kematian kaisar, berencana menggabungkan Austria dengan mantan musuhnya, Perancis, lewat pernikahan.
Akhirnya Marie Antoinette atau nama aslinya Maria Antonia Josepha Johanna, dinikahkan dengan Louis-Auguste, seorang bocah yang digambarkan oleh kakeknya, Raja Louis XV, sebagai seseorang yang canggung dan bodoh, pemalu dan tertutup.
Keduanya menikah di usia yang sangat muda, dengan Marie Antoinette dijanjikan kepada calon raja Perancis di usia 12 tahun.
Baca Juga: Kisah Philipe I, Adik Raja Louis XIV yang dibesarkan Secara Aneh dan Gemar Berpakaian Seperti Wanita
Marie Antoinette berusia 14 saat dikirim ke Perancis untuk melangsungkan upacara pernikahan, sedangkan Louis berumur 15 tahun.
Keduanya juga bukan merupakan pilihan utama untuk menjadi raja dan ratu Perancis, Louis-Auguste memiliki kakak yang memang dijadikan calon raja, tapi ia lebih dahulu meninggal dunia, sedangkan Marie Antoinette juga memiliki kakak perempuan yang sudah lebih dahulu meninggal dunia.
Pembuat pamflet politik menggambarkan Marie Antoinette dengan brutal, menyebutnya "Madam Defisit".
Ia digambarkan abai dengan keadaan, memperlakukan pembantu dan bawahannya dengan tidak hormat.
Baca Juga: Obsesi Ganjil Raja Louis XIV dan Alasan Mengapa Wanita Melahirkan Berbaring
Kenyataannya, Marie Antoinette membaptis bocah Senegal yang dihadiahkan kepadanya, yang biasanya akan dipaksa bekerja.
Contoh kebaikannya yang lain adalah dalam suatu perjalanan dengan kereta kuda, salah seorang pelayannya tak sengaja menabrak petani anggur di tanahnya.
Marie Antoinette segera keluar dari kereta kudanya untuk mendatangi pria yang terluka itu.
Ia membayari perawatannya dan membiayai kebutuhan keluarganya sampai pria itu bisa bekerja kembali.
Kondisi itu bukan pertama kalinya, ia dan Raja Louis XVI memang sering mengambil alih kebutuhan finansial keluarga yang terluka dalam penyerbuan di hari pernikahan mereka.
Selama kelaparan tahun 1787, Marie Antoinette menjual sendok garpu kerajaan untuk menyediakan gandum bagi para rakyat, sedangkan anggota kerajaan makan gandum yang lebih murah, sehingga akan ada lebih banyak makanan yang dibagikan.
Sedangkan kegilaannya kepada barang mewah hanyalah karena ia dari keluarga sederhana dan kemudian menjadi sangat kaya raya setelah menikah.