Find Us On Social Media :

Dibutuhkan 3 Perjalanan Berbahaya Kapal Perang untuk Evakuasi, Begini Ketika Pasukan Sekutu Dipukul Mundur oleh Jepang di Timor Leste selama Perang Dunia II

By Khaerunisa, Sabtu, 10 Juli 2021 | 07:05 WIB

Kapal Hr. Tjerk Hiddes, kapal yang digunakan untuk mengevakuasi pasukan sekutu dan pendukungnya dari Timor Leste dalam 'Battle of Timor'

Intisari-Online.com - Pertempuran antara Pasukan Sekutu dan Pasukan Jepang di Timor Leste yang dikenal sebagai 'Battle of Timor' menghasilkan kekalahan Pasukan Sekutu.

Pasukan Sekutu terlalu kewalahan untuk menghadapi banyaknya pasukan Jepang yang dikirim ke pulau di dekat Australia tersebut.

Dalam 'Battle of Timor', serangan Jepang sendiri dihadapi oleh perlawanan pasukan kecil personel militer sekutu yang dikenal sebagai Sparrow Force.

Pasukan sekutu tersebut terutama dari Australia, Inggris Raya, dan Hindia Belanda.

Baca Juga: Siapa yang Pertama Membangunnya Masih Jadi Misteri, Inilah Resort dengan Pemandian Air Panas di Timor Leste, Tersembunyi di Desa Terpencil Bumi Lorosae

Mereka melakukan sempat melakukan perlawanan terhadap pasukan Jepang yang datang pada malam tanggal 19 sampai 20 Februari 1942.

Pasukan Jepang itu mendarat di Kupang, ibu kota Timor Belanda dan dekat Dili, ibu kota Timor Portugis.

Pada akhirnya pasukan sekutu di Timor segera dikalahkan oleh kekuatan superior Jepang.

Untungnya, mereka berhasil mengevakuasi pasukannya agar tak benar-benar habis oleh Jepang.

Baca Juga: Setelah AS Tarik Pasukan dari Afghanistan, Rusia Jadi Makin Khawatir dengan Pasukan Taliban, Rupanya Ini Hal yang Dikhawatirkan Bakal Terjadi

Semua gerilyawan serta pendukung pribumi pasukan sekutu dan penjajah Portugis yang telah berperang di pihak sekutu dievakuasi.

Evakuasi itu membutuhkan 3 perjalanan berbahaya kapal perang Belanda, Hr. Ms. Tjerk Hiddes.

Sebelumnya, beberapa uji coba untuk mencapai hal tersebut dilakukan oleh angkatan laut Australia; beberapa sukses lainnya gagal.

Selama uji coba itu sebuah korvet hilang dengan korban 100 nyawa.

Baca Juga: Padahal Dulu Mengemis Vaksin Covid-19, Korea Utara Kini Malah Tolak Rencana Pengiriman Vaksin ke Negaranya, Ada Apa?

Akhirnya, kapal perusak Belanda Hr. Ms. Tjerk Hiddes yang dikirim untuk mengevakuasi pasukan sekutu di Timor Leste.

Meski berbahaya, penyeberangan yang berani itu menghasilkan evakuasi yang sukses sangat dipuji oleh semua sekutu.

Melansir traceofwar.com, pada tanggal 9 Desember dini hari pada jam 5 pagi, Hr. Ms. Tjerk Hiddes meninggalkan Port Darwin dan menuju ke Timor melalui selat Dundas, antara Pulau Melville dan semenanjung Cobourg.

Setelah itu, kapal perusak tersebut melintasi Laut Timor dengan kecepatan tiga puluh knot.

Baca Juga: Meski Tak Ikut Disebut di Dalam Sumpah Palapa, Faktanya Patih Gajah Mada Dipastikan Tak akan Pernah Makan Cabai Sepanjang Hidupnya

Dengan navigasi dan waktu yang sangat baik Hr. Ms. Tjerk Hiddes tiba tepat pada waktunya di tempat yang tepat.

Beberapa hari setelah kembali ke Port Darwin, pada 14 Desember, Tjerk Hiddes pergi lagi menjelang tengah malam untuk melakukan evakuasi kembali, menjemput pengungsi.

Sementara pada 18 Desember, Hr. Ms. Tjerk Hiddes pergi untuk ketiga kalinya dan terakhir kalinya ke Timor.

Dengan evakuasi tersebut, kehadiran pasukan sekutu di Timor berakhir, meski masih ada sisa-sisa perlawanan di sana.

Baca Juga: Jika Terjadi Mungkin Seluruh Dunia Hanya Tinggal Nama Saja, Dokumen Rahasia Pentagon Ini Bongkar 4 Negara Musuh Bebuyutan Amerika Sedang Siapkan Konflik Nuklir, Ini Buktinya

Jepang pun tetap menguasai Timor Leste sampai penyerahan Jepang pada Agustus 1945.

Beberapa orang Timor juga melanjutkan kampanye perlawanan setelah penarikan pasukan Australia.

Namun, untuk itu mereka membayar mahal, dengan puluhan ribu warga sipil Timor tewas akibat pendudukan Jepang, yang berlangsung hingga akhir perang pada tahun 1945.

Itulah bagaimana 'Battle of Timor' selama Perang Dunia II berakhir dengan dipukul mundurnya pasukan sekutu dari Timor Leste.

Baca Juga: Inilah Kisah Petualangan Indah Mary Seacole, Pahlawan Wanita dan Perintis Perawat yang Anak Seorang Tabib, Namun Merasa Tersingkirkan Karena Warna Kulitnya yang Lebih Gelap

(*)