Find Us On Social Media :

Sembarangan Terbang Bisa Picu Serangan Militer, Inilah Wilayah Udara Paling Berbahaya di Dunia

By Tatik Ariyani, Kamis, 8 Juli 2021 | 16:36 WIB

(ilustrasi) Helikopter Defiant X, pengganti Black Hawk milik Amerika.

Intisari-Online.comPesawat adalah salah satu moda transportasi paling lancar, bahkan hingga 19 kali lebih aman daripada mobil.

Tapi aturan ini berlaku terutama untuk dunia pertama, di mana negara-negara mengawasi wilayah udara mereka secara diplomatis.

Negara lain mungkin tidak mengikuti jalur ini dan malah menjalankan kebijakan tanpa toleransi untuk penerbangan yang menyimpang.

Negara-negara ini sering terlibat dalam konflik nasional dan menargetkan pesawat terbang di atas sebagai agresor.

Baca Juga: Setelah Dikepung Spanyol dan Inggris, Kini Giliran Amerika Tiba-tiba Kirim Pesawat Mata-matanya ke Laut Hitam, Ternyata Rusia Dicurigai Lakukan Kecurangan Ini

Beberapa dari negara-negara ini mungkin juga membatasi negara lain dengan kebijakan yang lebih diplomatis tetapi memerlukan perhatian oleh asosiasi.

Melansir Express.co.uk, Rabu (7/7/2021), Zona Konflik dan Database Risiko membagi negara menjadi tiga tingkat risiko; risiko sedang, risiko yang dinilai dan kehati-hatian.

Masing-masing menentukan peringatan wilayah udara aktif, zona perang lokal atau insiden udara nasional.

Area berisiko sedang (Moderate risk areas)

Baca Juga: Makin Serius Hancurkan Palestina, Israel Berencana Gunakan Senjata Tercanggihnya Ini Untuk Gempur Hamas, Bisa Menyerang Musuh Tanpda Dikendalikan

 

Area risiko "sedang" yang menipu disebut juga sebagai zona larangan terbang.

Pilot yang menyimpang ke daerah-daerah ini dapat memicu tanggapan militer yang agresif.

Pihak di darat di bawah mungkin memiliki akses ke Rudal Permukaan ke Udara atau sistem penargetan pesawat lainnya.

Para pemimpin dan organisasi di masing-masing negara "berisiko sedang" menyarankan pesawat untuk tidak memasuki wilayah udara lokal.

Karena itu, mereka harus memprioritaskan menghindari area berikut dengan cara apa pun.

Nagara-negara tersebut termasuk: Irak, Iran, Yaman, Libya, dan Suriah.

Area risiko yang dinilai (Assessed risk areas)

Risiko yang dinilai adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan negara-negara di bawah peringatan wilayah udara dari organisasi nasional atau internasional.

Baca Juga: Insiden Mapenduma, Pendongkrak Kesohoran Prabowo Subianto Sewaktu Jadi Danjen Kopassus, Bebaskan Para Sandera yang Ditahan Oleh Kelly Kwalik Pemimpin KKB Papua Berbahaya Pada Masanya

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengeluarkan peringatan untuk 27 negara anggota blok itu.

Peringatan yang diterapkan ke negara-negara yang termasuk dalam daftar area risiko yang dinilai mulai berlaku untuk wilayah dan ketinggian tertentu.

Banyak yang muncul di daerah-daerah dengan pemerintahan nasional yang aman mengalami pergolakan sosial.

Area risiko yang dinilai meliputi: Etiopia, Sudan Selatan, Arab Saudi, Ukraina, Eritrea, Somalia, Sudan, Afganistan, Mesir, Kenya, Venezuela, Korea Utara, Mali, Pakistan.

Area hati-hati (Caution areas)

Zona Konflik dan Basis Data Risiko membangun daftar area kehati-hatian dari negara-negara yang tidak secara resmi diakui sebagai berisiko.

Area-area ini, katanya, tidak memiliki beberapa peringatan wilayah udara aktif yang berlaku.

Baca Juga: Presidennya Dibunuh dengan Cara Ditembak Mati, Rupanya Ini Bukan Pertama Kalinya Terjadi di Haiti, Pemimpin Sebelumnya di Negara Miskin Ternyata Pernah Digulingkan Juga

Tetapi mereka harus menjamin beberapa kehati-hatian atau tinjauan keamanan sebelum orang mempertimbangkan untuk terbang di atasnya.

Area yang perlu diwaspadai termasuk pilihan negara dengan kontroversi wilayah udara baru-baru ini.

Kontroversi ini datang baik sebagai akibat dari perselisihan internal atau ancaman dari negara tetangga.

Daftar kehati-hatian meliputi: Belarusia, Rusia, Turki, Jepang, Israel, Uni Emirat Arab, Chad, Siprus, Sahara Barat, Albania, Filipina, Republik Afrika Tengah.