Penulis
Intisari-Online.com – Rumah sakit kolaps dan pemakaman harus antri, hanya butuh 1 bulan situasi di Jakarta mirip dengan India.
Bedanya, mungkin di Jakarta tidak seperti di India yang terabaikan, hingga jenazah tergeletak di jalan-jalan.
Namun, ledakan kasus Covid-19 di Jakarta yang meningkat dan terjadi begitu cepat serta dalam skala yang sangat besar itulah yang menyebabkan rumah sakit kolaps dan pemakaman pun harus mengantri.
Dari grafik kasus positif harian di Jakarta, yang diakses melalui corona.jakarga.go.id, terlihat peningkatan kasus yang sangat tajam pada bulan Juni 2021.
Namun, tidak seperti lonjakan sebelumnya yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan, ledakan kasus Covid-19 kali ini terjadi hanya dalam hitungan minggu.
Bahkan penambahan kasusnya pun tidak main-main.
Grafik berikut ini memperlihatkan peningkatan tajam pada jumlah kasus positif harian di Jakarta dan jumlah pemakaman dengan menerapkan protap Covid-19.
Grafik peningkatan kasus Covid-19 DKI Jakarta sejak Maret 2020 hingga awal Juli 2021
Grafik pemakaman menggunakan protap Covid-19 di DKI Jakarta sepanjang pandemi, dari Maret 2020 hingga awal Juli 2021.
Grafik yang hampir serupa kita temukan pada kejadian di India, seperti dilansir BBC.com:
"Gelombang kedua yang lebih mematikan" ini terjadi begitu cepat di India, pada kurun waktu April hingga Mei.
Diyakini oleh banyak pihak bahwa virus corona varian baru yang muncul di India, yakni varian Delta, yang menyebabkan ledakan Covid-19 tersebut.
Hal tersebut karena varian ini lebih mudah menyebar dan menimbulkan gejala berat pada pasien.
Apalagi virus varian Delta ini masuk ke Indonesia telah beberapa minggu sebelumnya, dimulai dari lima temuan yang akhirnya menjadi ratusan kasus.
Rumah sakit kolaps, pasien meninggal di rumah
Gelombang kedua yang terjadi di India seperti diberitakan oleh media massa internasional, membuat rumah sakit (RS) di negara itu lumpuh.
Demikianlah yang kita saksikan terjadi pula di Ibu Kota DKI Jakarta.
Di berbagai rumah sakit, banyak tenaga kerja yang ‘menjerit’ karena pasien datang tiada henti.
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan serta fasilitas tempat tidur sangatlah terbatas.
Jack Pradono, seorang doter yang bekerja di RS Islam Jakarta, mengatakan bahwa pada pertengahan Juni lalu, pihak rumah sakit mulai menolak pasien yang datang.
"DI @rsijcempakaputih mulai tadi malam, Kami menolak pasien CoVid-19 baru karena tempat penuh, baik di paviliun isolasi maupun di ICU," tulis Jack di akun Instagramnya pada Minggu (13/6/2021).
Jack telah mengizinkan Kompas.com untuk mengutip tulisan tersebut.
"Jadi bilamana ada orang dalam yang sakit, bahkan bila keluarga inti dari karyawan yang sakit Covid-19 hari ini, kami tidak akan bisa merawatnya," sambung Jack.
Bersama unggahan itu, ia pun mengajak para lulusan baru Akademi Keperawatan untuk bergabung sebagai relawan karena rumah sakit tersebut mulai kekurangan tenaga kesehatan.
"Kami butuh sekitar 48 orang nakes. Sila hubungi dan dm cv ke SDI kami: @ekoyulianto," tulisnya.
Pada akhirnya, akibat penuhnya fasilitas kesehatan tersebut membuat banyak pasien yang tidak tertampung dan mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.
Dan mereka pun harus menjalani isolasi mandiri di rumah, sehingga tak sedikit dari pasien tersebut mengalami kondisi kritis saat isolasi mandiri dan meninggal di rumah.
Sepanjang Juni 2021, menurut Koalisi Lapor Covid-19, setidaknya 265 warga yang terpapar Covid-19 meninggal duniasaat menjalani isolasi mandiri.
"Fenomena ini menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapatkan layanan medis yang layak," tulis Lapor Covid-19 dalam keterangannya.
"Situasi ini diperparah oleh komunikasi risiko yang buruk, yang menyebabkan sebagian masyarakat menghindari untuk ke rumah sakit dan memilih isolasi mandiri," tulis Lapor Covid-19.
Antre pemakaman
Nyatanya, bukan hanya pasien yang terlantas, bahkan jenazah pun harus menunggu untuk dikebumikan karena terbatasnya fasilitas dan sumber daya manusia.
Azwar, seorang warga Jakarta yang baru saja kehilangan kerabatnya, pada Senin (28/6/2021) lalu, mengatakan bahwa mendiang mesti mengantre untuk dikebumikan.
Kerabatnya menurut keterangan pihak rumah sakit, mendapatkan nomor urut 220 untuk pemakaman.
Setelah mencari lahan pemakaman yang kosong kian kemari, akhirnya keluarga Azwar menemukan slot di TPU Pedurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Naik hingga 5 – 6 kali lipat dibandingkan bulan Mei, inilah kondisi pemakaman dengan protap Covid-19 pada bulan Juni.
Dengan total lebih dari 3.000 jasad dimakamkan selama bulan Juni, menjadikan ini adalah pemakaman terbanyak sepanjang sejarah pandemi di Ibu Kota. (Ihsanuddin, Singgih Wiryono, Vitorio Mantalean)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari