Find Us On Social Media :

Kerap Dipercaya Sembuh dengan Makan Kadal, Penyakit Ini Picu Seorang Anak Bunuh Kedua Orang Tuanya, 'Pilih Lahir Miskin Dibanding Lahir dengan Penyakit Menyiksa'

By Ade S, Senin, 5 Juli 2021 | 15:48 WIB

Pang Ching-yu mengakhiri hidup kedua orang tua dan dirinya sendiri gara-gara penyakit keturunan

Intisari-Online.com - Seorang wanita merenggut nyawa kedua orang tuanya, untuk kemudian mengakhiri hidup dirinya sendiri gara-gara sebuah penyakit keturunan.

Penyakit yang menurut spesialis kulit dari Brawijaya Women and Children's Hospital (BWCH), dr. Grace Wardhana bisa dipicu perkembangan industri tersebut telah membuatnya frustasi.

Dia menganggap, penyakit yang oleh masyarakat Indonesia dipercaya dapat disembuhkan dengan memakan kadal tersebut tidak akan ada pada dirinya jika bukan gara-gara kedua orang tuanya.

Wanita yang juga merupakan lulusan keperawatan tersebut pun pada akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah penuh putus asa.

Baca Juga: Apakah Anda akan Berumur Panjang atau Sebaliknya? Mari Kita Lacak Lewat Silsilah Penyakit Ini

Seperti diketahui, penyakit yang tak kunjung sembuh memang sering kali bisa memicu seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Mereka merasa benar-benar putus asa karena harus menderita sekian lama akibat penyakit yang dideritanya.

Misalnya saja kisah seorang pria bernama Komar dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang pada 2019 menggantung dirinya sendiri setelah frustasi dengan penyakit yang tak kunjung sembuh.

Ada pula kisah seorang perempuan asal Demak, Jawa Tengah, yang pada 2017 tewas tergantung karena penyakit komplikasi yang dideritanya.

Baca Juga: Inilah Cara Terampuh Mencegah Talasemia, Penyakit Keturunan Mematikan yang Tak Bisa Disembuhkan

Bahkan di kala pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, tidak sedikit orang yang memilih mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan 'siksaan' yang muncul dari penyakit yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China tersebut.

Baru-baru ini, Malaysia melaporkan tingginya angka bunuh diri di negara tersebut seiring dengan hantaman gelombang kedua Covid-19 yang memaksa pemerintah menerapkan kebijakan lockdown atau penguncian.

 

 

Polisi setempat menyebut ada sekitar 568 kasus bunuh diri dalam lima bulan pertama tahun 2021. Jumlah yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Sementara di Indonesia sendiri, sebuah kabar duka baru saja datang dari Desa Pahaderang, Pangandaran, Jawa Barat.

Seorang pria memutuskan untuk mengambil nyawanya sendiri saat sedang menjalani isolasi mandiri usai terpapar Covid-19.

"Yang akhirnya, dia (Hermansyah) memutuskan untuk bunuh diri di rumahnya. Intinya, mungkin dia depresi karena sebelumnya ibu, satu saudaranya sudah meninggal. Dan sekarang, ayahnya juga sudah meninggal tadi pagi," ucap Kapolsek Padaherang, Iptu Aan Supriatna, Sabtu (3/7/2021), seperti dikutip dari Tribun Jabar.

Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan tentang Hemofilia, Penyakit ‘Keturunan’ yang Tak Tersembuhkan

Penyakit keturunan

Namun, apa yang dilakukan seorang wanita asal Hong Kong ini benar-benar di luar dugaan banyak pihak.

Wanita bernama Pang Ching-yu (23) tersebut memang diketahui mengidap sebuah penyaki kulit yang parah.

Ching-yu mengidap penyakit eksim atopik tersebut selama bertahun-tahun hidupnya.

Melalui berbagai informasi yang diperolehnya, diperkirakan termasuk saat dirinya menjadi mahasiswa keperawatan, Ching-yu mengetahui bahwa eksim bisa diderita seseorang karena faktor genetik atau keturunan.

Di mana sebuah penelitian menyebutkan bahwa ketika orang tua mengidap eksim atopik, maka delapan dari sepuluh anaknya memiliki peluang menderita penyakit yang sama.

Baca Juga: Kusta: Penyakit Menular yang Paling Sulit Menular

Dikutip dari astroawani.com, Ching-yu bahkan menyebut dirinya lebih rela lahir dari orangtua yang miskin dibandingkan orang tua dengan penyakit eksim.

"Penderita eksim yang melahirkan anak lebih parah dari orang miskin yang mempunyai anak."

"Kalau miskin kita bisa mengubah kehidupan dengan bekerja keras. Namun jika eksim, memang terpaksa menanggung siksa sepanjang hayat," tulis Ching-hiu dalam sebuah blog.

Jenazah kedua orang tuanya ditemukan tergeletak dengan penuh luka tikaman, sementara dirinya ditemukan tergeletak dengan kepala tertutup kantong plastik dengan gas beracun disalurkan melalui pipa.

Baca Juga: Pemeriksaan Genetik Hindari Kelahiran Cacat