Thomas Americo, Petinju 'Putra Timor Leste' yang Jadi Wakil Indonesia Pertama Menantang Juara Dunia, Ini Fakta-faktanya

Khaerunisa

Penulis

ilustrasi petinju. Thomas Americo, putra Timor Leste yang jadi wakil Indonesia pertama tantang juara dunia.

Intisari-Online.com - Dalam dunia tinju Indonesia, ada nama putra Timor Leste yang pernah menonjolkan nama negeri ini di kancah internasional.

Namanya mungkin tak seterkenal Chris John, yang merupakan pebulu tangkis Indonesia dengan berbagai rekor.

Atay Elly Pical, yang memenangkan gelar dunia pertama untuk Indonesia, juga dengan berbagai prestasinya.

Namun, petinju Indonesia putra Timor Leste ini mencatatkan sejarah penting untuk tinju Indonesia sebelum kedua nama terkenal tersebut maju ke kancah internasional.

Baca Juga: Kopi Timor, Salah Satu yang Bikin Anda Punya Alasan untuk Berkunjung ke Timor Leste Sekarang dan Kembali Lagi, Ini Alasan yang Lainnya

Dia adalah Thomas Americo, ia merupakan petinju Indonesia pertama yang maju sebagai penantang juara dunia.

Ketika Thomas Americo menjalani karier tinjunya, Timor Leste masih merupakan bagian wilayah Indonesia, sehingga ia mewakili Republik Indonesia.

Namun, ia juga tidak pernah sampai menjadi wakil untuk negara Timor Leste merdeka, karena ironisnya ia meninggal sebelum Timor Leste resmi menjadi sebuah negara.

Selain itu, Thomas Americo juga lahir sebelum Timor Leste berintegrasi dengan Indonesia, apa lagi fakta-fakta petinju legendaris yang satu ini?

Baca Juga: Mata Bintitan Bisa Diobati dengan Ketumbar, Ini Cara yang Tepat Mengobatinya, Sudah Coba?

1. Memulai debut profesional tahun 1980

Lahir pada tahun 1958, di tempat yang saat itu adalah Timor Portugis, Thomas Americo kemudian melakukan debut profesionalnya pada April 1980.

Dalam pertandingan debutnya, ia mengalahkan veteran Australia Eddie Buttons, lebih dari 10 ronde.

2. Merebut gelar juara OPBF

Dia melanjutkan kemenangan debutnya dengan kemenangan KO atas juara kelas welter ringan OPBF Sang Mo Koo asal Korea Selatan.

Pada 15 Agustus 1980, Thomas Americo yang berusia 22 tahun, mendapat kesempatan menantang juara kelas Welter Ringan OPBF (Oriental and Pacific Boxing Federation).

Saat itu, gelar juara dipegang oleh Sang Mo Koo, yang kemudian dikalahkan oleh Thomas Americo.

Thomas Americo berhasil merebut gelar juara tersebut melalui kemenangan KO di ronde ke 8, dalam pertarungan yang diselenggarakan di Jakarta, Indonesia.

Kekalahan dalam pertandingan itu menghancurkan rencana Koo untuk bertarung dalam pertarungan gelar dunia.

Sebaliknya, mengantarkan Thomas Americo mendapat kesempatan itu menghadapi Saoul Mamby.

Baca Juga: Kisah Para Danjen Kopassus Terbaik (4)

3. Penantang juara dunia pada 1981

Kemenangan melawan Koo melambungkan nama Thomas Americo.

Namanya mulai disebut-sebut sebagai calon penantang juara dunia kelas Welter Ringan versi WBC.

Saat itu gelar juara dunia dikuasai oleh Saoul Mamby dari Amerika Serikat.

Di usia 23 tahun, Thomas Americo mendapat kesempatan yang langka itu.

Ia pun menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat kesempatan menantang juara dunia.

Meski, pertandingan tanggal 29 Agustus 1981 itu tak berhasil membuat Thomas Americo merebut gelar juara dunia dari Saoul Mamby.

Saoul Mamby mempertahankan gelarnya, tapi bagaimanapun Thomas Americo dengan gemilang berhasil memberikan perlawanan terhadap juara dunia asal Amerika Serikat tersebut.

Thomas Americo harus mengakui keunggulan Saoul Mamby melalui kekalahan angka setelah bertarung ketat selama 15 ronde di Stadion Bung Karno, Jakarta, Indonesia.

Baca Juga: Indonesia Rekor 253.826 Kasus Aktif Covid-19 yang Tertinggi Selama Pandemi, Ilmuwan Identifikasi Dua Obat yang Berpotensi Melawan Corona

4. Berkarier di luar negeri

Gagal merebut gelar juara dari Saoul Mamby, Thomas Americo melanjutkan kariernya ke luar negeri.

Thomas Americo berupaya menantang juara OPBF. Ia melakukan debut dalam menjalani karier di luar negeri.

Thomas Americo melanglang buana ke Korea Selatan menghadapi petinju tuan rumah Sang Hyun Kim, juga mantan juara dunia kelas Welter Ringan versi WBC. Dalam pertandingan tersebut Thomas Americo menderita kekalahan angka.

Kemudian pada 2 April 1982, Thomas Americo yang berusia 24 tahun melanjutkan petualangannya ke luar negeri. Ia kembali naik ring untuk menghadapi petinju veteran tuan rumah, Jeff Malcolm dari Australia.

Namun, ia kembali mengalami kekalahan melalui kekalahan angka dalam pertarungan 10 ronde di Sidney Opera House, Sidney, New South Wales, Australia. Kekalahan tersebut semakin meredupkan nama Thomas Americo.

5. Thomas Americo mengundurkan diri

Setelah menjalani 8 pertandingan berikutnya, pada 29 Juni 1987 Thomas Americo di usia 29 tahun mencoba bangkit lagi.

Ia menantang juara nasional kelas Welter Ringan, Bongguk Kendy, namun lagi-lagi ia mengalami kekalahan.

Kekalahan angka dalam pertarungan 12 ronde di Jakarta tersebut kemudian membuat Thomas Americo mengundurkan diri.

Baca Juga: Berkuasa di Indonesia setelah Isi Perjanjian Tuntang Ditandatangani Inggris dan Belanda, Ini Faktor Kegagalan Sistem Sewa Tanah Stamford Raffles di Nusantara

6. Sempat kembali ke ring

Setelah beristirahat panjang, delapan tahun kemudian tepatnya taanggal 15 Juli tahun 1995, Thomas Americo yang berusia 37 tahun kembali naik ring.

Ia menghadapi T Tara Singh di Dili, Timor Timur.

Pertarungan yang dijadwalkan berlangsung selama 4 ronde tersebut dimenangkan oleh Thomas Americo dengan KO di ronde ke 2.

Namun, itulah pertandingan terakhir yang dilakukannya, sebelum ia meninggal dunia empat tahun kemudian.

7. Meninggal dunia pada 7 September 1999

Pada tanggal 7 September 1999, hanya seminggu setelah Referendum Timor Leste, Thomas Americo meninggal dunia di usia 41 tahun.

Untuk diketahui, Referendum Timor Leste digelar pada 30 Agustus 1999 yang menunjukkan hasil bahwa mayoritas rakyat Timor Leste menginginkan kemerdekaan dan menolak integrasi dengan Indonesia.

Meski begitu, Timor Leste baru diakui secara internasional sebagai sebuah negara pada 20 Mei 2002.

Thomas yang di masa mudanya disanjung bak pahlawa, justru di akhir hayatnya harus tewas di tangan milisi dalam perang saudara di Timor Timur.

Pada hari-hari terakhir integrasi Timor Timur ke dalam NKRI yang berlangsung dari tahun 1975 hingga 1999, terjadi tindak kekerasan di jalan-jalan kota Dili, kampung halaman Thomas Americo.

Thomas Americo adalah salah satu korban dari peristiwa tersebut. Ia ditembak mati oleh milisi, tidak lama sebelum Timor Timur benar-benar lepas dari NKRI.

Kemudian, namanya diabadikan menjadi nama salah satu sasana tinju di Timor Leste, Thomas Americo Boxing Camp Vila-Verde.

Baca Juga: Kisah Pria Jepang yang Sudah Mengisolasi Diri di Rumah Sebelum Pandemi Covid-19, Terhitung 1 Dekade! Apa Alasannya?

(*)

Artikel Terkait