Penulis
Intisari-online.com -Pemerintah Thailand masih mendapat kecaman dari rakyatnya.
Unjuk rasa masih terus dilakukan meskipun waktu berjalan dan hasil tidak signifikan.
Mengutip kontan.co.id, para pengunjuk rasa berunjuk rasa di Bangkok Kamis 24 Juni guna menyerukan pengunduran diri pemerintah berkuasa.
Mereka menentang peringatan dari pihak berwenang terkait beban kasus Covid-19 kerajaan itu yang malah terus melonjak.
Pawai dilakukan guna memperingati 89 tahun berdirinya Revolusi Siam.
Revolusi Siam adalah pemberontakan yang mengubah Thailand dari monarki absolut menjadi monarki konstitusional.
Protes terus berjalan hampir setiap hari terutama memprotes pemerintah Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha pada paruh kedua tahun 2020.
Namun gerakan pro-demokrasi sudah lelah melawan karena pandemi Covid-19 dan para pemimpin mahasiswa dipenjara.
Kerajaan di Asia Tenggara itu bergulat lagi dengan gelombang infeksi ketiga.
Jumlah kasus harian mencapai angka 3000.
Terlepas dari peringatan polisi, ratusan orang berkumpul di Monumen Demokrasi, sebuah persimpangan utama di Bangkok, dan berbaris ke arah Gedung Parlemen untuk memprotes pemerintahan Prayut, mantan kepala militer yang berkuasa dalam kudeta tahun 2014.
Para pengunjuk rasa berkumpul di persimpangan sebelum fajar untuk upacara penyalaan lilin.
Som, seorang pemrotes pelajar berusia 16 tahun, mengatakan dia tidak khawatir tentang risiko virus corona.
"Kami tidak pernah memiliki demokrasi yang sesungguhnya," kata Som kepada AFP.
"Negara ini tidak akan kemana-mana," tambahnya.