Penulis
Intisari-Online.com - Ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) meningkat.
Alasannya karena terjadi bentrokan jet di Laut China Selatan.
Hal itumenurut laporan di China Central Television (CCTV).
Dilansir dariexpress.co.uk pada Senin (21/6/2021), ketegangan antara kedua negara adidaya terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Penyebabnya karena China berusaha untuk mengkonsolidasikan kontrol dan hegemoninya atas perairan Laut China Selatan yang disengketakan.
Untuk meredam hegemoni China,AS telah meningkatkan kehadiran dan kegiatan militernya di kawasan itu.
Semua untuk melawan sikap Beijing yang semakin agresif.
Akibatnya dua negara sering berpatroli demi melakukanmisi pengintaian udara.
Jadi, jangan heran jika terkadang patroli itu berakhir dengan bentrokan.
Seperti pada bulan Mei lalu di manasatu skuadron jet tempur SU-30 yang dipimpin oleh pilot ace Lu Geng bergegas untuk mencegat pesawat militer asing yang mendekati wilayah udara China.
Dalam komunikasi radio yang disiarkan dalam laporan CCTV, pilot Lu terdengar mengeluarkan peringatan keras kepada pilot asing dalam bahasa Inggris dan China.
"Ini Angkatan Udara PLA," bentaknya.
"Anda akan memasuki wilayah udara China. Segera pergi!"
Ketika jet asing menolak untuk kembali, pilot China mulai mensimulasikan manuver serangan dalam upaya untuk mengintimidasi musuh mereka.
Karena risikonya semakin besar, maka pilot asing tersebut dengan bijak memutuskan untuk meredakan situasi dengan mundur ke tempat yang aman.
Pilot Lu kemudian mengatakan kepada CCTV bahwa dia tidak akan ragu-ragu untuk menembak jatuh para penyusup jika situasinya menuntutnya.
"Jika mereka telah memulai pertarungan, saya akan bertarung."
Tidak ada pernyataan resmi dari manamana asal jet asing itu.
Akan tetapi dia mengklaim bahwa AS telah mengirim pesawat pengintai elektronik dan pesawat anti-kapal selam untuk operasi pengintaian jarak dekat.
Pekan lalu, AS mengatakan pihaknya mengakui memang memasang mata-mata dalam pertempurandi Laut China Selatan untuk mencegah agresi China.
Ely Ratner, calon asisten Menteri Pertahanan AS, mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat Rabu lalu bahwa mereka yang dikirim adalah orang-orang kredibel dalam pertempuran.
Serta mereka tidak takut dan sanggup melakukan serangan.