Find Us On Social Media :

Harga Pangan Meroket, Harga Kopi Sebungkus di Korea Utara Capai Rp 1,4 Juta Akibat Krisis Pangan

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 20 Juni 2021 | 21:06 WIB

Kim Jong Un

Intisari-Online.comNK News, yang berbasis di Seoul, Korea Selatan, melaporkan satu kilogram pisang di Pyongyang, ibu kota Utara, mencapai harga Rp 641 ribu.

Mengutip Daily Mirror, ini setara dengan tujuh pisang, yang berarti masing-masing berharga Rp 91 ribu.

Bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan bahwa beberapa petani Korea Utara diminta menyumbangkan dua liter urin mereka setiap hari untuk membantu memproduksi pupuk.

Diketahui, jarang bagi Kim untuk mengakui bahwa sedang terjadi masalah di Korea Utara.

Baca Juga: Selama Ini Dizalimi Korea Utara, Mendadak Militer Korea Selatan Bangun Rudal yang Mampu Menyerang China, Rusia, hingga Balik Hantam Korea Utara

Namun, para ahli tidak percaya kekurangan makanan akan menyebakan kelaparan di seluruh negeri, The Washington Post melaporkan.

Awal bulan ini, Dewan Keamanan PBB disarankan oleh Tomas Ojea Quintana untuk mempertimbangkan mencabut sanksi terhadap Korea Utara karena kekurangan pangan.

Tomas, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Korea Utara, mengungkapkan pandemi telah menyebabkan negara itu "kesulitan ekonomi yang drastis."

Tak hanya itu, perdagangan Korea Utara dengan China turun 90 persen pada Maret dan April 2021.

Baca Juga: Seorang Pria Ditembak Mati Hanya Karena Nonton Drama Korea, Kim Jong-Un Kobarkan Perang Terhadap Bahasa Gaul, Jeans, dan Film Asing, Alasannya Sungguh Tak Masuk Akal

Institut Pengembangan Korea, sebuah lembaga wadah pemikir yang dikelola pemerintah yang berbasis di Seoul, memperkirakan Korea Utara akan kekurangan 1,35 juta ton makanan tahun ini.

Korea Utara membutuhkan sekitar 5,75 ton makanan setiap tahun untuk memberi makan negaranya, kata lembaga itu.

Lembaga itu mengatakan, kekurangan tersebut disebabkan topan musim panas dan banjir.

Selain itu, petani di Korea Utara kekurangan peralatan pertanian.

Baca Juga: 'Gaza Berubah Menjadi Rumah Jagal Manusia', Korea Utara Tegas Mengecam Israel Saat AS Membiarkan Tindakan Kejam Israel pada Palestina

Pandemi juga memaksa Korea Utara untuk menutup perbatasan daratnya.

Dalam pertemuan politik penting di Korea Utara, yang digelar pada Selasa (15/6/2021), Kim Jong Un mengakui situasi suram tersebut.

Pasokan makanan Korea Utara tegang dan menjadi tegang, kata Kim Jong Un, menurut kantor berita negara itu, KCNA.

Diwartakan CNN, sektor pertanian di negara itu masih belum pulih dari kerusakan akibat badai yang terjadi tahun lalu.

Baca Juga: Tak Mau Kalah dengan China, Rusia, Iran, dan Korea Utara, Inilah Rencana yang Akan Dilakukan Pentagon 2021 Terhadap Militernya

Mengganti pasokan pangan dalam negeri dengan impor kemungkinan akan sulit karena sebagian besar perbatasan masih ditutup akibat pembatasan Covid-19.

Sementara itu, di Ibu Kota Pyongyang, harga beberapa barang pokok dilaporkan meroket.

Para ahli mengatakan harga beras dan bahan bakar relatif stabil tetapi bahan pokok impor seperti gula, minyak kedelai, dan harga tepung telah naik.

Biaya yang terkait dengan beberapa bahan pokok yang diproduksi secara lokal juga melonjak dalam beberapa bulan terakhir.

Harga kentang naik tiga kali lipat di Pasar Tongil yang terkenal sebagai tempat penduduk lokal dan asing dapat berbelanja, kata penduduk Pyongyang.

Baca Juga: Hampir Jarang Ada yang Tahu, Ternyata Orang yang Jarang Disorot Ini Ada Pejabat Terkuat Kedua di Korea Utara Setelah Kim Jong-Un

Warga mengungkapkan bahwa harga barang-barang non-pokok juga naik.

Sebungkus kecil teh hitam dapat dijual dengan harga sekira 70 dolar atau setara dengan Rp 1.014.000.

Sedangkan sebungkus kopi dapat dijual dengan harag lebih dari 100 dolar atau setara dengan Rp 1.448.000.

Lebih lanjut, Kim Jong Un tidak menjelaskan secara detail mengenai kekurangan pasokan pangan di Korea Utara.

Akan tetapi, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) baru-baru ini memperkirakan Korea Utara kekurangan sekitar 860.000 ton makanan, atau setara dengan lebih dari dua bulan pasokan nasional.

(*)