Hati-hati Jangan Kira Covid-19 Varian Delta Sama, Ternyata Jenis Virus Corona Ini Akan Menimbulkan Gejala Berbeda, Berikut di Antaranya

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi virus corona (Covid-19).

Intisari-Online.com - Ditemukan berbagai mutasi virus corona yang juga menyebar ke berbagai negara, salah satunya B.1.617.2 atau varian delta.

Varian delta awalnya ditemukan di India, kemudian menyebar ke berbagai negara, bahkan kini telah ditemukan di Indonesia.

Lebih dari 80 negara di dunia terdeteksi adanya varian ini, seperti yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu (16/6/2021).

Varian yang terus bermutasi saat menyebar ini juga disebut lebih mudah menular.

Baca Juga: Setelah Sebelumnya Kudus, Kulon Progo Jadi Tempat Lonjakan Ratusan Kasus Positif Covid-19, Abainya Warga Ngeyel Adakan Acara Ini Sebabnya

Bahkan, menurut para peneliti, data menunjukkan bahwa varian delta 60 persen lebih mudah menular dibanding varian alpha yang sebelumnya ditemukan di Inggris.

Hal itu juga membuat mereka yang terinfeksi varian ini lebih mungkin dirawat inap, seperti yang terlihat di beberapa negara termasuk Inggris.

Selain itu, rupanya varian delta berbeda dengan varian lain dari segi gejalanya.

Tentu, kita perlu mengetahui gejala varian baru yang sudah banyak menyebar ini agar bisa waspada dan melakukan penanganan dini.

Baca Juga: Tetap Waspada! Rumah Sakit di Indonesia Kewalahan Terima Pasien Covid-19

Seperti diketahui, awal kemunculan Covid-19 kita dihimbau untuk mewaspadai gejala seperti demam, batuk terus menerus, serta kehilangan rasa atau penciuman.

Itu adalah gejala yang biasanya dialami oleh orang yang terinfeksi virus corona.

Kemudian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperbarui daftar gejala antara lain kelelahan, nyeri otot, diare, dan sebagainya.

Namun, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa varian delta tampaknya menimbulkan berbagai gejala yang berbeda.

Baca Juga: Terjadi Efek Samping setelah Divaksin atau Tidak Mengalaminya, Mana Respon Tubuh yang Lebih Baik? Ini Penjelasannya

Profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Tim Spector yang menggagas studi ZOE Covid Symptom yang berbasis di Inggris mengungkap perubahan gejala Covid-19 dari studinya.

Studi tersebut memungkinkan masyarakat untuk memasukkan gejala Covid-19 mereka pada sebuah aplikasi agar para peneliti dapat menganalisanya.

"Kami melihat gejala teratas dari pengguna aplikasi sejak awal Mei dan kebanyakan gejala tidak sama seperti sebelumnya," kata Spector.

"Gejala utamanya adalah sakit kepala, yang diikuti dengan sakit tenggorokan, pilek, dan demam," katanya.

Baca Juga: Pancasila sebagai Sistem Filsafat Artinya Mengandung Pandangan yang Menjadi Substansi Pembentukan Ideologi

Ia juga mengungkapkan bahwa gejala-gejala seperti batuk dan kehilangan penciuman, kini lebih jarang terjadi pada orang yang terinfeksi varian delta.

Sementara, profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University Dr Bhakti Hansoti, seperti diberitakan Kompas.com, menyebutkan beberapa gejala terinfeksi virus corona varian Delta, sebagai berikut:

Baca Juga: Terjadi Efek Samping setelah Divaksin atau Tidak Mengalaminya, Mana Respon Tubuh yang Lebih Baik? Ini Penjelasannya

Mantan komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), Dr Scott Gottlieb mengatakan bahwa varian delta kemungkinan akan menjadi strain dominan di AS dan dapat meningkatkan epidemi baru selama musim gugur.

Sementara itu, di Inggris, kasus Covid-19 varian delta melonjak terutama di kalangan anak muda, khususnya yang tidak divaksinasi, sehingga menyebabkan peningkatan rawat inap pada kelompok tersebut.

Penyebaran varian delta juga mendorong pemerintah Inggris untuk menunda pelonggaran pembatasan Covid-19.

Di Indonesia, virus corona varian Delta telah menyebar di Kudus, Jawa Tengah, dan mendominasi penularan virus corona di daerah itu, selain juga ditemukan di daerah lainnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Suriname Jawa, Ada Juga Jejak Diaspora Jawa dari Sebelum Indonesia Merdeka di Negara-negara Ini

(*)

Artikel Terkait