Find Us On Social Media :

Saat Dunia Sedang Butuhkan Vaksin Covid-19, Amerika Malah Musnahkan 60 Juta Dosis Vaksin Covid-19, Terkuak AS Temukan Praktik Licik Ini Dalam Pembuatan Vaksin

By Afif Khoirul M, Sabtu, 12 Juni 2021 | 16:05 WIB

Merek vaksin Covid-19 yang efikasinya turun karena mutasi virus corona.

Intisari-online.com - Virus corona memang masih, ada dan beberapa negara mengalami lonjakan cukup tajam, seperti India dan beberapa negara Asia.

Oleh sebab itu, vaksin menjadi salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk menekan lonjakan kasus Covid-19.

Seperti contoh kasus di India, negara tersebut tengah membutuhkan banyak dosis vaksin untuk memulihkan situasinya.

Pemberian vaksin yang tepat dipercaya bisa menciptakan kekebalan massal, seperti yang berhasil dilakukan Israel.

Baca Juga: China Kepedean, Dikira Sudah Luluhkan Hati Indonesia Setelah Disogok dengan Vaksin Sinovac, Media China Malah Ungkap Situasi Sebenarnya

Namun, di saat dunia banyak yang membutuhkan vaksin Covid-19, Amerika justru memusnahkan puluhan ribu dosis vaksin.

Menukil 24h.com.vn, pada Sabtu (12/6/21), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah memerintahkan Johnson & Johnson untuk membatalkan sekitar 60 juta dosis vaksin Covid-19.

Perintah itu dilakukan oleh AS pada sebuah pabrik produksi di Baltimore.

Tentu saja alasan pemusnahan itu, bukan tanpa sebab, namun ada alasan khusus mengapa Amerika sampai melakukan hal itu.

Baca Juga: Mulai Dari Filipina Sampai Timor Leste, Asia Tenggara Dikhawatirkan Jadi Tempat Ledakan Covid-19 Selanjutnya, Bagaimana dengan Vaksin?

"FDA memerintahkan pemusnahan setelah menentukan batch vaksin terkontaminasi selama pembuatan dan "tidak layak untuk digunakan," menurut NBC News.

FDA masih mengizinkan Johnson & Johnson untuk mendistribusikan 10 juta dosis vaksin lagi di pabrik yang sama.

FDA menjelaskan bahwa beberapa batch vaksin masih digunakan secara normal dan beberapa perlu dimusnahkan.

"Keputusan ini dibuat setelah tinjauan menyeluruh terhadap catatan, sejarah, dan pengujian kualitas produk," kata Dr. Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA.

New York Times adalah surat kabar pertama di AS yang melaporkan keputusan FDA.

Lebih dari 100 juta dosis vaksin J&J dan setidaknya 70 juta dosis vaksin AstraZeneca dihentikan.

Setelah Emergent BioSolutions, mitra manufaktur Johnson & Johnson, menemukan pekerja pabrik mencampurkan kedua vaksin tersebut.

Baca Juga: Padahal Negaranya Karut Marut Dihantam Covid-19, Kota di Negara Ini Malah Disebut Paling Aman, Orang-Orangnya Kebal Terhadap Covid-19 Gegara Hal Ini

"Johnson & Johnson selalu berkomitmen untuk memproduksi vaksin yang aman dan berkualitas tinggi untuk melindungi kesehatan, memberikan harapan kepada orang-orang di mana pun," kata Kathy Wengel, direktur rantai pasokan globalnya.

"Johnson & Johnson selalu menghargai kerja sama dengan FDA dan otoritas kesehatan lainnya di seluruh dunia," tambahnya.

Vaksin J&J yang diteliti dan diproduksi oleh perusahaan AS Johnson & Johnson, hanya membutuhkan satu suntikan, berbeda dengan vaksin lain yang beredar saat ini.

Namun, pemerintah AS memprioritaskan penggunaan vaksin Pfizer dan Moderna.

Vaksin J&J masih dalam daftar distribusi ke negara lain di AS.