China aktif 'membangun' Malaysia lewat pendanaan dan pembangunan berbagai proyek infrastruktur.
Tahun 2016, pembangunan East Coast Rail Link (ECRL) memakan biaya 65.5 miliar ringgit yang digunakan untuk menghubungkan pantai timur Kuantan dengan pelabuhan di pantai barat.
Gerbang Melaka, proyek perkembangan 10.5 miliar Dolar AS berupa proyek properti, dihibahkan ke perusahaan Malaysia yang termasuk tiga mitra komersial China.
Tiga jalur pipa juga diberikan ke perusahaan China dengan anggaran 4.1 miliar Dolar AS.
Setelah koalisi Barisan Nasional gugur tahun 2018, Mahathir Mohammad mereview proyek ini.
Dalam kunjungannya ke Beijing pada Agustus 2018, ia memperingatkan mengenai "versi baru kolonialisme" di mana negara kaya raya memakan negara miskin yang tampaknya dilakukan China.
Rencana jalur pipa dibatalkan sebulan kemudian dan persyaratan ECRL ditambah dengan uangnya dikurangi menjadi 44 miliar Ringgit.
Namun Mahathir kemudian lengser dan pada Februari 2020 Perdana Menteri Muhyiddin Yassin melanjutkan hubungan erat dengan China.