Penulis
Intisari-online.com -Seorang Perdana Menteri Malaita, provinsi terbesar di Kepulauan Solomon, kini berada di Taiwan menerima pengobatan atas kasus tumor otak yang ia idap.
Siapa sangka, pengobatan pribadinya ini bisa membuat China mengamuk besar sampai Perdana Menteri tersebut terancam dipecat.
Melansir Al Jazeera, Daniel Sudaini, politikus berpengaruh di Kepulauan Solomon itu justru terancam dipecat dari pemerintah negara Pasifik itu.
Hal ini tidak lain karena evakuasi medis yang ia pilih guna berobat di Taiwan.
Rupanya hal tersebut mengakar perpecahan mengakar di Solomon atas keputusan tahun 2019 yang berniat mengubah pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing.
Sudaini, yang merebak sebagai salah satu pejabat pengkritik China dari Kepulauan Solomon sejak Kepulauan Solomon mengakhiri persekutuan 36 tahun dengan Taiwan, sampai di Taipei pada 26 Mei dalam perjalanan yang dikecam pemerintah 'tanpa izin'.
Keputusan untuk pindah hubungan diplomatik ke China, dikenal dengan "pindah" di negara mereka, tetap tidak populer dan terperosok dalam tuudhan jika pengaruh korup Taiwan dan China membantu membentuk keputusan tersebut.
Penduduk Solomon yang menentang perpindahan itu takut hubungan ekonomi dengan China tidak dapat diatur.
Beberapa menyebutkan kekhawatiran mengenai perlakuan Beijing terhadap minoritas agama dan sistem pemerintahan satu partai, yang menurut mereka bertentangan dengan prinsip demokrasi Kepulauan Solomon dan pandangan Kristen yang dianut secara luas.
Oposisi paling keras di Malaita, di mana aktivisme anti-China telah menggema di Auki, ibu kota provinsi.
Suidani sejak itu memohon menolak adanya investasi China masuk ke provinsinya, sementara ia membangun kemitraan dekat dengan Taiwan yang malah membawanya ke dalam konflik langsung dengan kebijakan formal Kepulauan Solomon 'Satu China'.
Hal itu menyebabkan pecahnya hubungannya dengan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare, yang diungkap besar-besaran ke publik.
Sementara itu, kesehatan Suidani telah memburuk sejak awal tahun ini.
Setelah ia disarankan mencari pengobatan di luar negeri, penasihat senironya Celsus Talifilu terbang ke Brisbane untuk menyusun pengobatan di Australia yang memakan biasa 121 ribu Dolar Australia.
Talifilu mengatakan kepada Al Jazeera jika perdana menteri Malaita awalnya mendekat kepada Pemerintah Sogavare untuk bantuan finansial .
Kabarnya dukungan untuk Suidani akan bisa disesuaikan dengan jabat tangan di depan publik antara Suidani dan Sogavare.
Baca Juga: Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China
Pemimpin Malaita menolak ide tersebut.
"Itu akan seperti berjabatan tangan dengan China," ujar Talifilu, yang mengatakan Sogavare memiliki hubungan dekat dengan Beijing.
Pemerintah Sogavare mengatakan kepada media lokal jika dukungan mereka ditolak untuk alasan politik.
"Perdana Menteri Suidani dapat menyatakan pandangan politik terhadap Pemerintah yang membayar gajinya, tapi kesehatan pribadinya seharusnya jadi prioritas daripada mengintip nasihat buruk dari antek-anteknya," ujar pernyataan mereka.
Talifilu yang bekerja sama dengan Taipei menyusun perawatan perdana menteri itu dan pergi dengan Suidani mengatakan permintaannya untuk bantuan Taipei mendapat "dukungan kuat dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Namun Taipei telah menampik klaim tersebut.
"Perdana Menteri Suidani mengambil inisiatif mendekati Taiwan harapannya untuk pergi ke negara kami mencari pengobatan medis," ujar juru bicara Kementerian Hubungan Luar Negeri Taiwan, Joanne Ou.
"Mempertimbangkan bahwa Perdana Menteri Suidani adalah teman lama dan pendukung Taiwan dan pengecekan profesional telah mengkonfirmasi perlunya pengobatan medis mendesak, pemerintah Taiwan menyetujui kunjungan Perdana Menteri Suidani atas kekhawatiran kemanusiaan."
Kedutaan Besar China di Honiara mengatakan mereka punya kekhawatiran lebih dengan pemerintah Sogavare atas kunjungan Suidani ke Taiwan.
"China dengan tegas menolak kontak resmi apapun antara Taiwan dan dengan pejabat siapa saja dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan China, dalam bentuk apapun." dalam pernyataan 30 Mei lalu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini